BNI Ungkap Pertimbangan Ekspansi Bisnis Buka Kantor Baru di Luar Negeri
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengakui ada potensi besar terkait pendirian kantor luar negeri (KLN) baru di sejumlah negara. Namun, Direktur Wholesale & International Banking BNI, Agung Prabowo menegaskan bahwa dalam menentukan dan memutuskan kebijakan itu, pihaknya masih akan melakukan kajian secara mendalam terkait relevansinya.
Ia mencontohkan, kajian tersebut terkait dengan sasaran dari pembukaan KLN baru BNI, yaitu untuk melayani para diaspora Indonesia di berbagai negara.
"Dalam perluasan jaringan internasional, kami mengidentifikasi berbagai peluang berdasarkan jumlah diaspora Indonesia di negara tujuan, besar investasi negara tersebut di Indonesia, volume perdagangan, jumlah perusahaan yang berbisnis dengan Indonesia, dan jumlah perusahaan Indonesia di negara tersebut," kata Agung dalam konferensi pers paparan kinerja BNI kuartal III-2024, Jumat, 25 Oktober 2024.
Seiring dengan hal tersebut, Agung memastikan bahwa saat ini fokus utama BNI adalah untuk meningkatkan kinerja kantor-kantor luar negeri yang sudah ada. Meskipun pada September 2024 lalu, BNI baru saja meresmikan kantor perwakilan baru di pusat bisnis Sydney, Australia.
Kehadiran kantor baru tersebut turut melengkapi jaringan global BNI yang telah ada sebelumnya, seperti misalnya di Singapura, Hong Kong, Tokyo, London, New York, dan Amsterdam. Agung meyakini, langkah ini akan memperkuat peran BNI sebagai mitra keuangan terpercaya di panggung internasional.
Kemudian, Agung juga melaporkan bahwa pertumbuhan total aset tahunan Kantor Luar Negeri (KLN) BNI pada kuartal III-2024, telah mencapai sebesar 14,55 persen secara year-on-year (yoy).
Pertumbuhan positif ini menurutnya merupakan sebuah pencapaian, karena masih bisa terjadi di tengah gejolak ekonomi global yang dipengaruhi inflasi, perubahan suku bunga, dan ketidakpastian geopolitik.
Agung menjelaskan, salah satu sektor penopang utama pertumbuhan KLN BNI berasal dari korporasi internasional, dengan segmen-segmen yang didukung terutama pada bisnis pinjaman, pembiayaan, perdagangan, trade finance, energi, infrastruktur, dan manufaktur.
"Hal ini didorong oleh peningkatan permintaan dari perusahaan multinasional dan klien lokal," ujarnya.