Peneliti Ungkap Tantangan dan Peluang Besar Transformasi Sistem Pangan Berkelanjutan di Indonesia

Ilustrasi komoditas pangan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Jakarta, VIVA – Foodagogik, sebuah lembaga penelitian independen, meluncurkan publikasi perdana mereka yang berjudul ‘Flagship Report: Imagining the future of Indonesian food systems’. Sejumlah temuan penting tentang bagaimana Indonesia dapat membangun sistem pangan yang lebih inklusif, bergizi, dan regeneratif dijabarkan.

Daftar Harga Pangan 3 Januari 2025: Bawang hingga Telur Ayam Naik

Carin Noerhadi, Co-founder & Executive Director Foodagogik, memaparkan hasil penelitian yang menyoroti tantangan dan peluang besar transformasi sistem pangan di Indonesia demi kesehatan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

"Berkaca dari titik intervensi yang ditawarkan oleh Komisi EAT-Lancet, kami menemukan bahwa Indonesia memerlukan titik intervensi utama yang berbeda untuk mengkatalis transformasi sistem pangan nasional, keikutsertaan generasi muda, diversifikasi pertanian dan peningkatan produktivitas lahan, serta impelementasi, monitoring, dan evaluasi kebijakan pangan berkelanjutan,” ujar Carin dikutip dari keterangannya, Jumat, 18 Oktober 2024.

Daftar Harga Pangan 2 Januari 2024: Cabai dan Daging Sapi Naik

Pedagang mengangkut bahan pangan di pasar. (Foto ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

“Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan traditiovations atau gabungan antara tradisi dan inovasi, serta memperkuat sinergi antara sains, kebijakan, dan praktik di lapangan,” ungkapnya dalam acara peluncuran publikasi pertama Foodagogik secara daring tersebut.

Peneliti Asing di Indonesia Meningkat, Pemerintah Diminta Waspada

Sementara itu, Sofyan A Djalil sebagai anggota pembina Foodagogik menyampaikan bahwa transformasi bisa tercapai dengan adanya kebijakan yang baik dan didasari oleh penelitian. Ia menekankan bahwa transformasi sistem pangan melalui penguatan di tingkat lokal perlu diangkat sehingga menjadi perhatian para pengambil kebijakan.

“Tantangannya adalah menyesuaikan rasional mikroekonomi di tingkat lokal dan tetap memastikan bahwa Indonesia mampu bersaing di pasar global. Perlu ada skala ekonomi, efisiensi, dan profesionalitas untuk mempromosikan pangan lokal,” jelasnya.

Laporan tersebut juga menyoroti, keterlibatan generasi muda yang berperan vital dalam mendorong perubahan sistem pangan yang lebih inklusif, bergizi, dan regeneratif. Kemudian, diversifikasi pertanian dengan memanfaatkan kembali tanaman yang selama ini terabaikan (NUCs) untuk meningkatkan produktivitas lahan dan melestarikan keanekaragaman hayati pangan.

Ilustrasi harga pangan.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Lebih lanjut diperlukan pula sinergi antara sains, kebijakan, dan praktik dalam melestarikan pangan nasional. Upaya memperkuat integrasi antara sains, kebijakan, dan praktik di lapangan dapat menciptakan sistem pangan yang efektif dan berkelanjutan.

“Laporan ini berfungsi sebagai pedoman arah transformasi sistem pangan berkelanjutan di Indonesia dan merupakan hasil kolaborasi antara tim foodagogik dan para ahli di bidang pangan, iklim, dan kesehatan, serta diharapkan dapat menjadi landasan bagi pengambilan keputusan kebijakan di masa depan,” ujar Carin. (Ant)

Ilustrasi rokok

Penyakit Akibat Rokok Diusulkan Tidak Ditanggung BPJS Mulai Tahun 2025, Warganet Heboh!

Belum lama ini pemerintah mengusulkan mengenai tidak ditanggungnya penyakit akibat rokok oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai tahun 2025.

img_title
VIVA.co.id
3 Januari 2025