Gubernur BI Buka Peluang Turunkan Suku Bunga Acuan
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta, VIVA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wajiyo menyatakan, penurunan suku bunga atau BI Rate ke depan tidak hanya berpedoman terhadap arah kebijakan The Fed atau Federal Reserve AS. Hal ini seiring dengan penahanan BI Rate pada bulan ini di level 6 persen.
Perry mengatakan, saat ini arah dan sikap BI masih tetap sama, yakni pro-stability dan pro-growth atau mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi.
“Arah stance kebijakan moneter tetap. Semula hanya prostability, mulai bulan lalu adalah seimbang antara pro-stability dan pro-growth,” ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2024.
Namun Perry mengatakan, BI tetap mencermati ruang penurunan BI Rate, dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi.
Perry pun meminta berbagai pihak untuk bersabar terkait penurunan BI Rate ini. Dia juga enggan menyampaikan besaran dan kapan waktu pemangkasan BI Rate selanjutnya.
“Sabar, arahnya memang kami masih melihat ruang penurunan suku bunga ke depan, masalah timing dan magnitude, kami akan mengukur data independent,” imbuhnya.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Oktober 2024 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6 persen.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15 dan 16 Oktober 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6 persen," terangnya.
Perry menuturkan, dengan tidak dilakukannya kenaikan suku bunga acuan ini, maka suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,25 persen dan suku bunga lending facility di 6,75 persen.
Dia menegaskan, keputusan mempertahankan BI Rate di level 6 persen konsisten dengan arah kebijakan moneter moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025. Serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.