BI Catat Indeks Keyakinan Konsumen di Bali Naik, Ketersediaan Lapangan Kerja Akan Meningkat 8 Persen
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Bali, VIVA – Survei Konsumen Bank Indonesia pada September 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Bali meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Provinsi Bali di bulan September 2024 yang tercatat sebesar 145,7, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 139,8 dan tetap terjaga pada area optimis (indeks>100).
Optimisme konsumen yang meningkat tersebut sejalan dengan tingkat inflasi yang terkendali serta didorong oleh perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Sementara itu, sejalan dengan IKK Bali, IKK nasional tercatat sebesar 123,5, tetap terjaga dari bulan sebelumnya sebesar 124,4.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja menyampaikan, meningkatnya Keyakinan Konsumen di Bali pada September 2024 ditopang oleh capaian Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
Meningkatnya IKE dipengaruhi oleh seluruh komponen pembentuknya, terutama pada Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama Saat Ini dibandingkan 6 bulan lalu yang tumbuh 7,1?ri 119,5 menjadi sebesar 128,0 dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini dibandingkan 6 bulan lalu yang tumbuh 2,8?ri 144,0 menjadi 148,0. Selain itu, keyakinan konsumen terdorong IEK yang meningkat dari 145,5 menjadi 153,7 atau naik 5,6% (mtm).
"Hal ini disebabkan oleh komponen pembentuk IEK yakni Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan mendatang yang tercatat meningkat 8,0 persen (mtm) menjadi sebesar 154,5," jelas Erwin dikutip Selasa, 15 Oktober 2024.
Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha 6 bulan mendatang meningkat 7 % menjadi sebesar 161,5, dan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan mendatang yang tumbuh 1,8% (mtm) menjadi sebesar 145,0.
Ekspektasi konsumen yang tetap terjaga di masa mendatang berpotensi mempengaruhi perkembangan konsumsi rumah tangga ke depan, perkembangan investasi, meningkatnya produktivitas dan daya saing, serta membuka peluang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang tetap kuat.
"Hal ini tetap perlu diiringi dengan sejumlah langkah untuk menjaga daya beli masyarakat," imbuhnya.
Untuk itu, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Bali melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota se-Bali senantiasa berkoordinasi erat dalam rangka mengawal stabilitas pasokan dan harga komoditas guna menjaga tingkat inflasi Provinsi Bali tetap pada rentang kisaran target 2,5%+-1%.
Selain itu, perlu upaya menjaga daya beli petani dengan mendorong terciptanya ekosistem pangan terintegrasi yang melibatkan Perumda sebagai offtaker untuk menjaga stabilitas harga, dengan margin harga di tingkat petani dan konsumen yang lebih berimbang.