Menteri Investasi Jabarkan 4 Investor Asing yang Sudah Masuk ke IKN
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta, VIVA - Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani mengungkapkan, sebanyak empat investor asing sudah masuk ke Ibu Kota Nusantara (IKN). Investor tersebut berasal dari Singapura, Australia, China, dan Rusia.
Rosan menjabarkan, investor Singapura yang berinvestasi di IKN ini adalah perusahaan energi Sembawang Corporation Utilities Pte Ltd atau Sembcorp.
"Alhamdulillah ini juga appetite-nya terus meningkat, investasi kemarin saya ke Singapura juga satu investasi masuk untuk IKN, dari Sembcorp membangun solar panel 50 MW itu sudah berjalan sekarang. Insya Allah akhir tahun ini bisa selesai," ujar Rosan di JCC, Senayan, JakartaÂ
Selain Singapura, Rosan mengatakan investor yang sudah masuk ke IKN ini berasal dari Australia. Negara kanguru ini berinvestasi untuk membangun sekolah. Sedangkan China membangun pusat perbelanjaan alias mal.
"Kemudian ada investasi juga dari Australia bangun sekolah di IKN. Dari China bangun mal, hotel. Dan juga dari Rusia ada bangun hotel, apartemen," jelasnya.
Rosan pun memastikan, investasi yang masuk ke IKN adalah yang berkualitas. Sebab pemerintah jelasnya, menyeleksi investor yang masuk ke Ibu Kota Nusantara.
"Jadi kita juga sedang seleksi kita ingin pastikan investasi yang masuk ke IKN investasi yang baik dan berkualitas," imbuhnya.
Di sisi lain, hingga saat ini investasi yang masuk ke IKN baru sebesar Rp 58,4 triliun. Jumlah itu masih jauh dari target investasi tahun 2024 yang sebesar Rp 100 triliun.Â
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku optimis bahwa target investasi Rp 100 triliun itu akan tercapai. "Ya harus tetap optimis lah, kan yang masuk banyaknya itu harus diseleksi, serius ndak? Kalau serius baru diberi peluang," ujar Jokowi di JCC, Senayan, Selasa, 8 Oktober 2024.Â
Mantan Wali kota Surakarta ini beralasan, investor yang masuk ke IKN diseleksi secara ketat. Sehingga investasi yang masuk baru sebesar Rp 58,4 triliun.
"Kita memang memilih, jadi enggak semua boleh masuk semua boleh investasi. Harus diseleksi, sehingga memang bener baru Rp 58 triliun," ujarnya.