Wujudkan Kesetimbangan Fungsi Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, Begini Kolaborasi Akademia dan BUMN

Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA – Kolaborasi akademia dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai penting untuk mewujudkan kesetimbangan fungsi ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal ini seiring peran BUMN yang semakin krusial dalam memperkuat perekonomian nasional.  

RI Tak Akan Impor Beras pada 2025, Erick Thohir Genjot BUMN Pangan Dongkrak Produktivitas

Guru Besar FEB UI sekaligus Kepala Program Magister Manajemen (MM) FEB UI, Rofikoh Rokhim mengatakan, di era ini, peran BUMN semakin krusial dalam memperkuat perekonomian nasional. Terlebih Indonesia dihadapkan pada tantangan multidimensi yang semakin kompleks, yang berasal dari tataran global maupun domestik. 

“BUMN harus mampu berperan sebagai value creator dan agent of development untuk memastikan keberlangsungan jangka panjang. Tidak hanya sebagai kontributor ekonomi, namun juga sebagai agen sosial dalam pembangunan maupun pemberdayaan masyarakat serta melestarikan lingkungan," ujar Rofikoh dalam keterangan tertulis, Rabu, 9 Oktober 2024. 

Perhutani Tanam 24,4 Juta Pohon di Lahan 26 Ribu Hektare

"Untuk itu, komitmen BUMN untuk senantiasa berperan dalam memberikan economic value dan social value serta menjaga kelestarian lingkungan, perlu dipastikan keberlanjutannya,” sambungnya.

Rofikoh pun mengapresiasi BUMN yang telah melakukan transformasi. Hal ini bisa dilihat bersama selama periode 2019-2024. Di mana Kementerian BUMN sebagai orkestrator dari seluruh perusahaan negara telah memberikan kontribusi nyata khususnya melalui pembagian dividen kepada negara yang diperoleh dari total laba.

117.860 UMKM Sudah Masuk Ekosistem Digital PaDi UMKM, Transaksi Capai Rp 7 Triliun

Meskipun, jelasnya, tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa BUMN yang masih belum dapat memberikan kontribusi keuntungan kepada negara dan secara manajemen terus dibenahi.

“Transformasi BUMN yang sangat terlihat adalah memperbaiki span of control melalui clustering, merger dan holding dari 108 menjadi 41 BUMN. Sejumlah 88 proyek stategis nasional yang merupakan inisiasi strategis Kementerian BUMN  berhasil diselesaikan dengan baik,” ujarnya.

Gedung Kementerian BUMN.

Photo :
  • Wikagedung.co.id

Sementara itu, Dekan FEB UI Teguh Dartanto mengatakan dahulu kuliah bisnis hanya berpikir mengenai profit. Namun terus berkembang menyelaraskan dengan kebutuhan menjadi 3P (profit, people and planet). Di era saat ini, hal itu pun kembali berkembang mengacu pada Sustainable Development Goals (SDGs) dari United Nations Development Programme

“Sekarang ada 5P, people, planet, prosperity, peace and partnership. Ini yang menurut saya menarik bahwa kita hidup gak hanya sebagai makhluk ekonomi tetapi kita sebagai makhluk sosial dan juga sponsor terhadap lingkungan. The future di tangan kita, dunia bisnis juga gak hanya fokus kepada isu tentang keuntungan. Tapi bagaimana membuat societal impact,” terangnya.

Oleh karena itu menurutnya, FEB UI memiliki komitmen kuat melalui visi-misi yang sangat clear. Di mana FEB UI berupaya menciptakan sumber daya manusia yang inklusif, relevan, dan bereputasi.

Direktur Utama BRI, Sunarso

Photo :
  • BRI

Dalam acara diskusi tersebut hadir pula Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI, Sunarso. Dia menceritakan bagaimana BRI memiliki tugas mengkreasi economic value dan social value agar sejalan dengan tujuan 5P seperti yang diungkapkan Teguh.

“Dan alhamdulillah kita jalankan semuanya. Untuk itu kami susun visinya. Kami transformasi BRI dengan visi the most valuable banking group in Southeast Asia and champion of financial inclusion,” tuturnya.

Saat ini, penyaluran kredit BRI mencapai Rp 1.300 triliun dan 82 persen di antaranya adalah kredit dalam memberdayakan UMKM. BRI Group kini sudah punya 176 juta tabungan mikro termasuk hasil dari sinergi holding ultra mikro bersama anak usahanya PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Selain Sunarso, Wakil Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) Bob Tyasika Ananta membeberkan pula bagaimana peran BSI dalam mewujudkan 5P. BSI memperoleh amanah dari negara untuk menjadi lokomotif ekonomi syariah Indonesia yang bertaji secara global.

BSI berhasil masuk peringkat 9 Global Islamic Bank berdasarkan kapitalisasi pasar pada September tahun ini. Pencapaian itu lebih cepat dari target pemerintah yaitu Top 10 Global Islamic Bank pada 2025.

Di sisi lain, kata Bob, BSI menjadi satu-satunya perusahaan pelat merah yang membayar zakat di luar pajak.

“Kontribusi zakatnya BSI sejak berdiri pada 2021 sampai sekarang sudah sebesar Rp790 miliar. Dan pertumbuhan kinerja kami itu selalu double digit. BSI juga memperkuat an memperbesar Islamic ecosystem di Indonesia,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya