Survei: Banyak Pensiunan Nyesel Tak Siapkan Perencanaan Keuangan yang Matang

Ilustrasi. Asuransi dan Dana Pensiun
Sumber :
  • pexels.com

Jakarta, VIVA – Sun Life Asia merilis studi terbaru berjudul Pensiun dalam Perspektif Masa Kini: Mempersiapkan Diri untuk Mewujudkan Hari Tua yang Tenang dan Sejahtera’, mengungkapkan tantangan dan peluang dalam perencanaan pensiun di Asia. Terungkap bahwa Sebagian responden belum memiliki perencanaan pensiun yang matang.

Studi ini dilakukan di tengah perubahan demografi signifikan di Asia Pasifik, di mana diperkirakan satu dari empat penduduk akan berusia di atas 60 tahun pada tahun 2050. Survei ini melibatkan 509 responden di Indonesia dan lebih dari 3.500 responden di berbagai negara Asia, termasuk Tiongkok, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Tujuan survei ini adalah untuk memahami aspirasi dan praktik perencanaan pensiun di kalangan masyarakat Asia.

Kah Jing Lee selaku Chief Client Officer Sun Life Indonesia menyatakan, studi ini mengungkapkan bahwa mayoritas responden belum siap secara finansial untuk menghadapi masa pensiun. Meskipun terdapat peningkatan keinginan untuk mencapai kemapanan finansial di usia senja, banyak individu menunda perencanaan pensiun hingga mendekati masa pensiun itu sendiri.

Ilustrasi Pensiun Dini

Photo :
  • pexels.com/Andrea Piacquadio

"Perubahan sosial dan peningkatan usia harapan hidup telah memengaruhi proses perencanaan masa pensiun di Asia. Survei kami menunjukkan bahwa meskipun kesadaran akan pentingnya kemapanan finansial di masa pensiun semakin meningkat, masih terdapat kesenjangan antara kesadaran dan aksi nyata masyarakat. Padahal, perencanaan pensiun yang dipersiapkan sedini mungkin adalah kunci untuk meraih hari tua yang sejahtera,” ujar Kah Jing dikutip dari keterangannya, Selasa, 8 Oktober 2024.

Data survei menunjukkan bahwa 67 persen responden baru akan mulai merencanakan dana pensiun dalam jangka waktu lima tahun atau kurang sebelum pensiun. Sementara 19 persen lainnya sama sekali tidak memiliki rencana pensiun.

Meski mayoritas responden mengalokasikan setidaknya 10 persen dari pendapatan mereka untuk pensiun, sayangnya 27 opersen responden tidak mengalokasikan dana khusus untuk pensiun, dan rata-rata responden hanya mengandalkan tabungan konvensional sebesar 23 persen untuk memenuhi kebutuhan finansial di hari tua.

“Hal ini mengindikasikan perlunya peningkatan literasi keuangan masyarakat terkait pentingnya perencanaan pensiun yang komprehensif, termasuk diversifikasi aset ke dalam instrumen investasi yang lebih produktif,” tambahnya.

Indikator Politik: Elektabilitas Pramono-Rano Ungguli Ridwan Kamil-Suswono di Jakarta

Survei tersebut pun mengungkapkan banyak pensiunan tidak menduga biaya hidup pasca-pensiun akan lebih tinggi. Mereka pun menyesal tidak mempersiapkannya finansial untuk pensiun sedini mungkin.

“Hal ini menjadi catatan penting bagi generasi mendatang, di mana 25 persen pensiunan mengaku tidak mempersiapkan anggaran pengeluaran untuk masa pensiun mereka, dan 11 persen tidak menduga bahwa biaya hidup akan jauh lebih tinggi dari perkiraan. Angka ini diprediksi akan terus meningkat seiring dengan inflasi yang semakin menekan,” ungkapnya.

Jelang Pencoblosan Pilgub Jatim, Survei Elektabilitas Khofifah-Emil Tertinggi

Lebih lanjut menurutnya, bagi mereka yang tidak menduga dan belum mempersiapkan diri, faktor utamanya adalah biaya hidup sehari-hari (80 persen) dan biaya kesehatan (53 persen). Akibatnya, banyak dari mereka harus mengurangi pengeluaran (67 persen) dan mengurangi aset yang disiapkan untuk warisan (47 persen).

Sementara, sekitar 1 persen% pensiunan menyatakan penyesalan atas keputusan keuangan yang mereka buat di masa muda, dengan alasan utama tidak berinvestasi dengan bijak (72 persen), diikuti oleh kurangnya tabungan (39 persen) dan tidak berkonsultasi dengan perencana keuangan (39 persen).

Indikator Politik: Dedi Mulyadi Unggul Telak 71,5 Persen di Pilgub Jawa Barat

Ilustrasi Pensiun Dini

Photo :
  • freepik.com/ana_fox

Menariknya, dalam survei ini terungkap generasi muda semakin sadar akan tantangan finansial di masa mendatang dan mulai menyesuaikan ekspektasi mereka. Pekerja saat ini memperkirakan akan pensiun pada usia rata-rata 65 tahun, lima tahun lebih lambat dibandingkan dengan usia rata-rata pensiunan saat ini, yang berhenti bekerja pada usia 60 tahun.

Selain itu, 21 persen dari mereka yang belum pensiun secara aktif menunda rencana pensiun, sedangkan, saat ini hanya 13 oersen pensiunan yang melakukan hal serupa. Kondisi ini menunjukkan adanya perubahan kondisi ekonomi pada masyarakat Asia.

Alasan utama penundaan pensiun juga beragam, di antaranya adalah masih menikmati pekerjaan (64 persen), keinginan untuk tetap aktif secara fisik dan mental di usia tua (63 persen), serta kebutuhan untuk menabung lebih banyak untuk pensiun (63 persen). Sedangkan, 37 persen penduduk yang berencana pensiun di usia lebih tua juga menyebutkan kenaikan biaya hidup adalah alasan utama mereka, dibandingkan dengan 28 persen pensiunan saat ini yang menunda pensiun karena alasan yang sama.

Kemudian, survei mengungkapkan perbedaan mencolok antara dua kelompok: mereka yang merencanakan masa pensiun dengan matang sedini mungkin yang disebut Gold Star Planners, dan mereka yang tidak memiliki rencana pensiun sama sekali yang disebut Retirement Rebels. Kelompok pertama merencanakan pensiun mereka lebih dari lima tahun sebelum pensiun tiba, menabung lebih dari 10 persen dari pendapatan mereka untuk pensiun, dan melengkapi perlindungan dengan produk asuransi hari tua.

Jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki perencanaan pensiun sama sekali, perbedaan yang signifikan terlihat. Di Asia, mereka yang merencanakan pensiun dengan matang cenderung tetap berada dalam batas pengeluaran yang diharapkan (73 persen vs 31 persen) dan lebih jarang menyesali keputusan keuangan setelah pensiun (14 persen vs 40 persen).

Kelompok yang mempersiapkan masa pensiun dengan matang juga lebih sering berkonsultasi dengan konsultan perencanaan pensiun. Termasuk lembaga keuangan dan perencana keuangan independen, serta lebih percaya diri mengenai kesehatan dan kesejahteraan finansial mereka di masa tua.

“Saat ini, kami masih memiliki kesempatan untuk mendefinisikan kembali bagaimana masa pensiun yang tenang dan sejahtera. Dengan kata lain, perlu dilakukan edukasi proaktif agar generasi muda saat ini siap menghadapi masa pensiun dengan percaya diri melalui perencanaan keuangan yang matang,” tutup Kah Jing.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya