Ada Perang di Timur Tengah, Dirut BNI Sebut Ekonomi Global Masih Tak Pasti

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI, Royke Tumilaar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA – Perekonomian dunia saat ini masih dihadapkan dengan ketidakpastian di tengah risiko geopolitik diperkirakan masih akan tinggi. Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI, Royke Tumilaar. 

Setahun Perang, Israel Akui Tanggung Beban Ekonomi Terberat Sepanjang Sejarah

Royke mengatakan, meskipun pandemi COVID-19 dan era suku bunga tinggi telah berakhir. Namun, perekonomian global masih dihadapkan oleh situasi VUCA, yaitu, volatility, uncertainty, complexity, ambiguity

"Risiko geopolitik tampaknya masih akan tetap tinggi di mana dunia sekarang dihadapi beberapa konflik seperti Rusia Ukraina dan di Timur Tengah," ujar Royke dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024, Selasa, 8 Oktober 2024. 

Ekonomi Tumbuh Positif, Jokowi Ajak Investor Manfaatkan Peluang Investasi di Indonesia

Iran meluncurkan rudal ke arah Israel

Photo :
  • IRNA

Di sisi lain, Royke menyampaikan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank telah memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi. 

Satu Tahun Perang Israel-Hamas, PM Netanyahu: Kami Akan Menang

Pada saat yang sama juga, Royke mengatakan dunia juga menghadapi megatren seperti digitalisasi hingga perubahan iklim. 

"Di tengah isu-isu tersebut kita patut bersyukur saat ini Indonesia memiliki pondasi ekonomi yang kuat didukung oleh stabilitas politik yang baik," terangnya. 

Dia melanjutkan, pada 2024 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat menjadi paling tinggi kedua di dunia. Tercatat pada kuartal II-2024 ekonomi Indonesia sebesar 5,05 persen secara tahunan atau (year-on-year/yoy). 

"Di tahun 2024 Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di antara negara-negara G20 setelah India. Disiplin fiskal masih terjaga, terfleksi dari utang pemeirntah terhadap PDB yang masih mencapai 39,4 persen lebih rendah dibandingkan rata-rata negara berkembang lainnya," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya