Kenapa Gen Z Lebih Sering Begadang? Ini 7 Penyebabnya yang Perlu Kamu Tahu

Ilustrasi Begadang
Sumber :
  • freepik.com/freepik

VIVA – Begadang telah menjadi kebiasaan umum di kalangan Gen Z di Indonesia. Berdasarkan survei terbaru, banyak anak muda lebih sering tidur larut malam atau bahkan melewatkan tidur, meskipun mereka menyadari bahwa hal ini merugikan kesehatan mereka. Kebiasaan ini menyebabkan masalah serius, seperti kurangnya produktivitas di sekolah atau tempat kerja, serta meningkatnya risiko masalah kesehatan fisik dan mental.

6 Cara Belajar Modern Ala Gen Z yang Tak Perlu Buku!

Ketika begadang terus-menerus dilakukan, dampak buruknya tidak hanya terasa di pagi hari saat mereka merasa lelah, tetapi juga dalam jangka panjang. Kurangnya tidur yang berkualitas memicu stres, kecemasan, penurunan daya tahan tubuh, dan dalam beberapa kasus, meningkatkan risiko penyakit kronis.

Sayangnya, kesadaran tentang risiko ini masih rendah di kalangan Gen Z. Selain itu, banyak dari mereka yang merasa terjebak dalam pola ini, dan sulit untuk menemukan cara untuk memperbaikinya.

Apa Itu Red Flag dan Green Flag dalam Toxic Relationship bagi Gen Z?

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memahami akar penyebab mengapa Gen Z lebih sering begadang. Dengan mengetahui alasan di balik kebiasaan ini, kita bisa menemukan solusi yang lebih efektif. Mari kita lihat 7 penyebab utama mengapa Gen Z cenderung begadang dan bagaimana cara mengatasinya.

1. Pengaruh Media Sosial dan FOMO (Fear of Missing Out)

Tidak Perlu Malu! Menjadi Ayah Rumah Tangga Itu Keren, Ini Alasannya!

Salah satu penyebab utama Gen Z lebih sering begadang adalah pengaruh besar dari media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan lainnya selalu aktif sepanjang hari, membuat mereka merasa harus terus terhubung. Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) semakin mendorong mereka untuk selalu up-to-date dengan apa yang sedang terjadi, takut tertinggal berita atau momen penting.

Di Indonesia, kebiasaan scrolling media sosial hingga larut malam sangat umum. Gen Z sering kali menghabiskan berjam-jam melihat postingan, video, atau berinteraksi dengan teman-teman mereka secara virtual. Akibatnya, waktu tidur mereka terus terpangkas.

2. Stres dan Tekanan Akademis atau Pekerjaan

Tekanan akademis dan profesional juga menjadi faktor signifikan yang menyebabkan Gen Z begadang. Sebagai generasi yang tumbuh dalam lingkungan yang kompetitif, banyak dari mereka yang merasa perlu bekerja lebih keras untuk mencapai target pendidikan atau karier.

Di Indonesia, Gen Z sering dihadapkan pada tekanan tinggi di sekolah, perguruan tinggi, atau tempat kerja. Mereka sering kali harus menyelesaikan tugas-tugas berat hingga larut malam atau bahkan pagi hari. Tak jarang, tuntutan yang berlebihan ini menyebabkan burnout, yang semakin memperburuk pola tidur mereka.

3. Gangguan Teknologi dan Hiburan Digital

Selain media sosial, berbagai bentuk hiburan digital juga berperan besar dalam kebiasaan begadang Gen Z. Game online, platform streaming seperti Netflix, dan aplikasi lainnya menawarkan hiburan tanpa henti yang menggoda mereka untuk tetap terjaga lebih lama.

Gen Z di Indonesia sangat rentan terhadap kecanduan hiburan digital, di mana mereka menghabiskan waktu berjam-jam bermain game atau menonton serial favorit. Hal ini menyebabkan waktu tidur terabaikan, dan pola tidur menjadi tidak teratur.

4. Gangguan Tidur Akibat Kebiasaan Buruk

Kebiasaan buruk juga berkontribusi terhadap gangguan tidur Gen Z. Banyak dari mereka yang tidak memiliki rutinitas tidur yang konsisten. Penggunaan gadget sebelum tidur juga menyebabkan blue light exposure yang mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur.

Selain itu, konsumsi kafein yang tinggi, terutama minuman energi atau kopi, semakin memperparah masalah ini. Kafein yang dikonsumsi pada sore atau malam hari membuat mereka tetap terjaga lebih lama dan sulit untuk tidur nyenyak.

5. Perubahan Pola Hidup di Masa Pandemi

Pandemi COVID-19 membawa banyak perubahan dalam gaya hidup masyarakat, termasuk Gen Z. Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH) mengubah rutinitas harian mereka, termasuk pola tidur. Dengan tidak adanya batasan waktu yang jelas antara bekerja, belajar, dan bersantai, banyak Gen Z yang menghabiskan waktu lebih lama di depan layar hingga larut malam.

Di Indonesia, perubahan ini sangat terasa, di mana banyak Gen Z yang merasakan disorientasi waktu dan sulit menjaga ritme tidur yang teratur selama pandemi.

6. Pengaruh Lingkungan Sosial dan Budaya

Lingkungan sosial juga memainkan peran penting dalam kebiasaan begadang Gen Z. Di Indonesia, banyak acara sosial seperti nongkrong atau kumpul-kumpul yang dilakukan pada malam hari. Budaya ini membuat Gen Z terbiasa aktif di malam hari, baik untuk berinteraksi dengan teman-teman mereka atau menghadiri acara sosial lainnya.

Selain itu, norma-norma sosial dan ekspektasi budaya tertentu juga mendorong mereka untuk tetap terjaga di malam hari, meskipun hal ini sering kali berdampak buruk pada kualitas tidur mereka.

7. Kesehatan Mental dan Kecemasan yang Meningkat

Kesehatan mental yang buruk juga merupakan faktor utama yang menyebabkan Gen Z lebih sering begadang. Kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya kerap kali mempengaruhi pola tidur. Banyak Gen Z yang merasa cemas atau stres memikirkan masa depan, pekerjaan, atau kehidupan pribadi mereka.

Di Indonesia, semakin banyak anak muda yang mengalami gangguan tidur akibat meningkatnya tingkat kecemasan. Kecemasan ini membuat mereka sulit untuk tidur nyenyak, atau bahkan memicu insomnia kronis.

Cara Gen Z Bisa Mengatasi Kebiasaan Begadang

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi Gen Z untuk mulai mengubah kebiasaan mereka secara perlahan. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

1. Ciptakan rutinitas tidur yang konsisten

Menjaga rutinitas tidur yang konsisten adalah salah satu kunci utama untuk mendapatkan tidur yang berkualitas. Dengan tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, tubuh akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan pola tersebut. Kebiasaan ini membantu mengatur ritme sirkadian, yaitu jam biologis tubuh yang mengatur kapan kita merasa mengantuk dan terjaga.

Untuk memulai, pilih jam tidur dan bangun yang realistis dan cocok dengan aktivitas harian. Konsistensi dalam rutinitas ini juga dapat membantu meningkatkan energi dan produktivitas sepanjang hari. Hindari begadang agar tubuh terbiasa dengan jadwal tidur yang sehat.

2. Kurangi waktu di depan layar sebelum tidur

Mengurangi waktu di depan layar sebelum tidur adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas tidur. Cahaya biru yang dipancarkan dari layar gadget seperti ponsel, tablet, atau komputer dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Agar tidur lebih nyenyak, usahakan untuk mematikan gadget setidaknya 1-2 jam sebelum tidur.

Gunakan waktu tersebut untuk melakukan aktivitas yang lebih menenangkan seperti membaca buku, bermeditasi, atau mendengarkan musik yang menenangkan. Dengan begitu, tubuh akan lebih siap untuk beristirahat, dan Anda akan merasakan perbaikan dalam kualitas tidur secara keseluruhan.

3. Kelola stres dengan baik

Mengelola stres dengan baik sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik, terutama bagi Gen Z yang sering menghadapi tekanan akademis atau pekerjaan. Salah satu cara efektif adalah dengan menggunakan teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga. Meditasi membantu menenangkan pikiran, meningkatkan fokus, dan mengurangi kecemasan.

Sementara itu, yoga menggabungkan pernapasan dalam dan gerakan tubuh untuk meredakan ketegangan otot dan pikiran. Dengan rutin melakukan kedua teknik ini, stres dapat dikelola lebih baik, tidur lebih nyenyak, serta meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

4. Batasi konsumsi kafein

Batasi konsumsi kafein merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas tidur, terutama bagi Gen Z yang rentan begadang. Minuman berkafein seperti kopi, teh, atau minuman energi dapat memengaruhi sistem saraf dan mengganggu produksi hormon melatonin yang penting untuk tidur.

Untuk menghindari masalah ini, disarankan untuk mengurangi konsumsi kafein, terutama setelah sore hari. Tubuh membutuhkan waktu hingga 6 jam untuk memproses kafein, sehingga minuman berkafein yang dikonsumsi di sore atau malam hari bisa menyebabkan sulit tidur. Gantikan dengan minuman herbal atau air putih agar tidur lebih nyenyak dan berkualitas.

5. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman

Untuk menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, pastikan kamar tidur bersih, rapi, dan terhindar dari kebisingan. Gunakan tirai gelap untuk menghalangi cahaya dari luar dan pilih kasur yang mendukung kenyamanan tubuh. Pertimbangkan untuk menambahkan penyaring udara atau tanaman dalam ruangan yang membantu menjaga kualitas udara.

Suhu ruangan juga berperan penting; usahakan berada di kisaran yang sejuk agar tidak mengganggu kenyamanan. Selain itu, hindari penggunaan gadget sebelum tidur untuk mengurangi paparan cahaya biru, sehingga tubuh lebih rileks dan siap beristirahat.

Memahami alasan di balik kebiasaan begadang pada Gen Z sangat penting agar kita bisa menemukan solusi yang tepat. Dari pengaruh media sosial hingga stres akademis, berbagai faktor memengaruhi pola tidur mereka.

Dengan mengadopsi kebiasaan yang lebih sehat, seperti menjaga rutinitas tidur yang konsisten, mengurangi penggunaan gadget sebelum tidur, dan mengelola stres dengan baik, Gen Z bisa mulai memperbaiki kualitas tidur mereka. Tidur yang cukup bukan hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesejahteraan mental dan produktivitas jangka panjang. Mari mulai peduli dengan tidur demi kualitas hidup yang lebih baik.

Ilustrasi Gen Z yang Menerapkan Quiet Quitting

Quiet Quitting: Tren Baru yang Mengubah Budaya Kerja Modern dan Work-Life Balance

Quiet quitting, tren kerja Gen Z yang menolak hustle culture dan burnout. Solusi untuk work-life balance atau penurunan produktivitas? Temukan jawabannya di sini!

img_title
VIVA.co.id
7 Oktober 2024