Gen Z, WFO Ternyata Menyenangkan dan Menguntungkan!
- freepik.com/ASDFpik
VIVA – Saat ini, banyak Gen Z lebih memilih bekerja dari rumah karena mereka merasa bisa menghemat waktu perjalanan dan memiliki waktu luang lebih banyak. Namun, ada hal-hal yang mungkin tidak mereka sadari ketika memilih untuk jarang datang ke kantor.
Berbeda dengan rekan kerja senior, Gen Z tidak perlu menghabiskan bertahun-tahun membangun relasi profesional secara langsung atau mempelajari budaya kerja yang hanya bisa diserap di lingkungan kantor. Pengalaman bekerja dari rumah mungkin lebih mudah jika seseorang sudah memiliki dasar pengalaman kantor.
Namun, hal ini bisa membuat beberapa karyawan muda merasa kurang terlibat dalam pekerjaan atau tidak berperan penuh. Akibatnya, Gen Z mungkin merasa perkembangan karir mereka lebih lambat dari yang diharapkan. Ada empat aspek pengembangan karir yang sering kali terlewat oleh karyawan Gen Z yang jarang atau tidak pernah berkomunikasi langsung dengan atasan dan rekan kerja, sebagai berikut:
-
Hubungan Antar Rekan Kerja, Bisa Jadi Sahabat
Hubungan atau chemistry terbentuk ketika dua orang atau sekelompok orang bekerja bersama untuk menghadapi tantangan secara langsung. Kolaborasi dan kerja tim ini lah yang menyatukan mereka, meski di luar pekerjaan mungkin tidak memiliki banyak kesamaan. Ketika obrolan itu sudah terbangun, maka tercipta kedekatan serta humor yang tercipta di kantor sering menjadi bagian paling menyenangkan dari bekerja, yang secara alami meningkatkan keterlibatan dan retensi karyawan. Selain itu, hubungan personal yang terjalin saat bekerja dengan tim yang beragam turut memperkuat budaya kerja yang lebih inklusif dan mendukung.
-
Feedback yang Membangun
Ketika di kantor terdapat lebih banyak peluang bagi manajer untuk memberikan umpan balik secara langsung, berbeda dengan video call yang biasanya terjadwal. Misalnya, jika seorang karyawan muda membuat kesalahan dalam rapat, manajer dapat dengan santai mengajak mereka berbicara di luar ruang rapat untuk memberikan kritik yang membangun. Interaksi langsung juga memberi karyawan kesempatan untuk lebih peka terhadap situasi di sekitarnya. Misalnya, jika seorang karyawan kesulitan melakukan kontak mata, mereka akan lebih cepat menyadari hal itu saat berinteraksi tatap muka daripada dalam rapat.
-
Pelatihan dan Mentoring
Mentor yang paling efektif sering kali adalah rekan senior di luar tim langsung. Mereka bisa memberikan perspektif yang lebih luas dibandingkan manajer langsung dan menawarkan wawasan tentang bagian lain dari organisasi. Namun, hubungan bimbingan yang baik tak hanya bergantung pada pengalaman, tetapi juga pada chemistry. Hal ini mungkin lebih sulit dikenali tanpa interaksi langsung. Dengan datang ke kantor, karyawan muda memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan percakapan santai, seperti di dekat mesin kopi atau di lift. Percakapan informal ini bisa membantu Gen Z menemukan mentor dan membangun hubungan yang berarti.
-
Validasi dari Rekan Kerja
Meskipun perusahaan mungkin memiliki program penghargaan karyawan secara resmi, pengakuan yang paling bermakna sering kali datang dari komentar spontan di tempat kerja.
Misalnya, seorang rekan yang merespons positif terhadap ide, manajer yang memuji saat keluar dari presentasi, atau kolega yang memberikan ucapan selamat atas pencapaian besar. Momen-momen pengakuan dan memberi “selamat” seperti ini memberikan dorongan yang sering kali lebih berharga. Setiap orang ingin diakui atas pekerjaan yang baik, dan dengan berada di kantor, kesempatan untuk mendapatkan pengakuan spontan ini semakin besar.
Ubah Mindset, Kantor Bisa Jadi Tempat yang Menyenangkan dan Inspiratif!
Banyak pimpinan perusahaan ragu untuk mewajibkan karyawan bekerja di kantor, dan pendekatan ini mungkin tidak efektif dalam meyakinkan Gen Z tentang manfaat dari bekerja di lingkungan kantor.
Salah satu taktik sederhana yang bisa diterapkan adalah meningkatkan visibilitas karyawan yang bekerja di kantor dengan membagikan foto kegiatan di media sosial perusahaan. Selain itu, meliput acara kantor seperti rapat besar, sesi pelatihan, kegiatan sukarelawan, atau suatu perayaan dapat menciptakan rasa FOMO (fear of missing out) di kalangan karyawan lainnya.
Strategi yang lebih mendalam bisa melibatkan produksi cuplikan video dokumentasi tentang karyawan Gen Z berprestasi, termasuk mereka yang sering bekerja di kantor.
Mereka dapat berbagi pengalaman bagaimana karir mereka berkembang sejak bergabung di perusahaan. Pertanyaan dalam wawancara bisa diarahkan pada proyek paling menarik yang pernah mereka kerjakan, peluang yang memungkinkan mereka melampaui tugas awal, serta hubungan yang terjalin dengan rekan kerja dan manajer, terutama melalui interaksi langsung di kantor.
Gen Z, sangat dipengaruhi oleh ulasan ketika membuat keputusan. Mereka juga lebih cenderung terbuka terhadap manfaat bekerja di kantor jika mendengarnya langsung dari rekan-rekan sebayanya.