Balanipa Olah Limbah Jadi Cuan Berlimpah

Balanipa, kelompok binaan Pertamina olah tali tambang bekas kapal jadi cuan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Kalimantan Timur, VIVA – Berawal dari niat baiknya untuk memulai usaha, pria bernama Sahabuddin kini menjadi sosok yang turut membantu perekonomian warga sekitar Muara Badak, Kalimantan Timur. Pria yang identik dengan rambut putih itu kini menjadi Ketua Balanipa, sebuah Kelompok Usaha Bersama (Kube) Daur Ulang Tali Tambang.

Ajak UMKM Go Green, Pertamina Jadikan Kurikulum di UMK Academy 2024

Bukan tali tambang biasa, produk yang dibeli Sahabuddin adalah tali bekas kapal, dengan bobot yang dapat mencapai 1 ton.

Tali itu dia beli melalui pengepul dengan harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 9.000 untuk kualitas tali tambang yang baik. Nantinya, tali tersebut akan kembali didaur ulang menjadi tali rumpon. Tali rumpon sendiri adalah tali yang biasa digunakan para nelayan untuk menangkap ikan.

Dongkrak Produksi, Pertamina Hulu Rokan Pakai AI Pantau Kinerja Secara Real Time

"Saya berpikir awalnya sih mau berdagang, tapi ini bukan produksi, limbah kapal ya, berdagang. (Tapi saya pikir) tidak maksimal apabila tidak memperdayakan orang, (akhirnya) saya ini berpikir untuk membuat suatu pekerjaan yang bisa bermanfaat. Saya bentuklah kelompok, buat kelompok, (kemudian buat ) berita acara untuk pemerintah setempat," kata Sahabuddin dikutip Kamis, 3 Oktober 2024.

Balanipa, kelompok binaan Pertamina olah tali tambang bekas kapal jadi cuan

Photo :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong
Catat Jamnya, Setiap Isi Pertamax Hari Senin dan Jumat Dikasih Diskon

Setelah ide itu terlaksana, mulailah komunitas Balanipa yang terbentuk pada 2019. Melalui berbagai cara, Sahabuddin mulai 'merayu' PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) untuk membantu ide daur ulang tersebut. 

"Setelah terbentuk maka mulailah (Balanipa) di 2019. Setelah waktu berjalan, saya bermohon ke PSS semoga bisa support membantulah dalam hal kegiatan ini kelompok. Alhamdulillah dari tahun 2019- 2020 saya dibantu 50 juta awal. (Rp 50 juta) uang tunai tapi (untuk) dibelikan material besinya," ucap Sahabuddin sambil menunjuk bangunan besi sederhana di belakangnya.

Dengan berjalannya waktu, meski tidak mudah bagi kelompok Balanipa, tapi mereka melaluinya bersama hingga 5 tahun berdirinya Balanipa, ide mahal ini dapat menghasilkan omzet hingga ratusan juta.

Balanipa, kelompok binaan Pertamina olah tali tambang bekas kapal jadi cuan

Photo :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Sahabuddin membeberkan bahwa harga satu rol tali rumpon yang ia jual bertarif Rp 280 ribu. Harganya cukup bersaing, bahkan produk yang dijual Balanipa jauh lebih murah dibandingkan harga-harga toko yang mencapai jutaan. Hasilnya, penjualan perbulan tali rumpon ini berhasil menjual 300-700 rol.

"Semuanya bertahap tapi mulai dari tahun 2019, 2020, 2021,2022 2023 2024. Semuanya ada di sini. Alhamdulillah dengan kegiatan ini anggotanya sampai kemarin sudah bisa mewisuda (mengkuliahkan) anaknya. Artinya dengan bekerja di sini, hasil dari sini. Membuktikan bahwa ekonomi itu berjalan," ujar Sahabuddin.

Balanipa, kelompok binaan Pertamina olah tali tambang bekas kapal jadi cuan

Photo :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Tak hanya itu, bahkan warga yang awalnya tidak memiliki kendaraan seperti motor, kini bekerja dengan Sahabuddin dapat membeli motor baru dari hasil kerja keras bersama.

"Alhamdulillah (ada yang) beli (motor) sendiri, membantu anaknya sekolah, membantu suaminya mencari (nafkah) juga. Ini berkat support PHSS. Bantuannya sehingga menjadi seperti ini, apa yang kita bisa lihat ini adalah berkat support-nya PHSS," ungkapnya.

Sahabuddin bahkan menyebut tidak menyangka bahwa hal yang dianggap limbah ternyata memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Pembelian tali tambang bekas kapal ini, awalnya tidak dipungut biaya sama sekali. Namun, karena ada beberapa orang yang melihat hasil daur ulang tersebut, Sahabuddin akhirnya membelinya dengan harga Rp 9.000 perkilo. 

"Saya beli di pinggir pantai, numpuk kan, daripada situ Numpuk. Ya itu tadi, mending saya olah daur kembali digunakan. Awalnya enggak beli Pak ya, awalnya ini kan dibuang, tapi langsung ambil, tapi pas ternyata ini ada nilai ekonominya baru (mereka tetapkan harga," tutur Pak Sahabuddin.

Dalam penjelasan penutupnya, Sahabuddin selaku Ketua Balanipa berharap dapat berjalan secara mandiri tanpa dibina lagi oleh PHSS.

"Kalau bisa ke depannya dilepasin kemandirian, bisa bertarung melawan dunia sendiri tanpa ada pembinaan seperti itu. Intinya sudah bisa mandiri. Selain itu, Beberapa pengembangan yang tadi disampaikan untuk lebih lanjut bisa dikuatkan," jelasnya.

Secara khusus, dia juga menjelaskan bahwa saat ini kelompok Balanipa secara bisnis sudah mulai bisa diurus sendiri, dari mulai pengolahan bekas tali jangkar, sampai kemudian jadi yang bisa dijual kembali dan pasarnya sudah terbentuk.

"Itu sudah bisa mandiri. Malah ini kalau masih ada tenaga, pasar (pembeli) terus berdatangan."

Sebagai informasi, kelompok Balanipa memiliki anggota 13 orang. Semua yang berkaitan dengan tali jangkar bekas kapal yang dapat didaur ulang. Bukan hanya menjadi tali rumpon, tetapi juga menjadi kesenian 'estetik' seperti bangku, cermin, dan tirai lengkap dengan hiasan dari tali tambang.

Selain itu, mereka juga mempekerjakan para disabilitas untuk terus memberikan karya dan menebar kebaikan untuk semua manusia di sekitar. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya