Pemangkasan Suku Bunga The Fed dan BI Beri Sentimen Positif ke Pasar Saham hingga Obligasi

Ilustrasi investor pasar modal.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

Jakarta, VIVA – Pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia (BI) diproyeksi bakal memberikan sentimen positif bagi pasar obligasi maupun saham di Indonesia.

Jerome Powell Ungkap Alasan The Fed Tidak Terburu-buru Lakukan Pemangkasan Suku Bunga Lanjutan

Ekonom Senior PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), Emil Muhamad mengatakan, salah satu dampak langsung dari penurunan suku bunga The Fed terlihat pada penguatan nilai tukar rupiah.

"Sejak awal kuartal ketiga, Rupiah telah menguat sebesar 7,25 persen terhadap dolar AS, dan momentum penguatannya akan semakin kuat setelah pengumuman pemotongan suku bunga oleh The Fed," kata Emil dalam keterangannya, Rabu, 2 Oktober 2024.

Bursa Asia Fluktuatif Akibat Pidato Ketua The Fed Terkait Suku Bunga AS

ilustrasi suku bunga

Photo :
  • Adri Prastowo

Pada pekan lalu, nilai tukar rupiah sempat mencapai Rp 15.100 per dolar AS, dipicu oleh kejutan dari besarnya pemotongan suku bunga The Fed yang lebih besar dari ekspektasi pasar yakni 50 bps dibandingkan perkiraan awal 25 bps.

Rupiah Lanjut Menguat Pagi Ini Seiring Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Emil mengatakan, secara teori pemotongan suku bunga oleh BI seharusnya menekan nilai tukar Rupiah, tapi Rupiah justru menguat signifikan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh eksternal yang lebih dominan, terutama dari kebijakan The Fed yang memberikan sentimen positif bagi aset-aset negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Penurunan suku bunga The Fed yang lebih besar dari perkiraan pasar berhasil memperkuat posisi mata uang negara-negara emerging market, termasuk Rupiah," ujarnya.

Dia menambahkan, dalam jangka pendek, pasar SBN akan menikmati rally yang didorong oleh arus masuk modal asing. Selain itu, kinerja IHSG juga diperkirakan akan lebih baik pada kuartal keempat 2024.

Pasar obligasi, khususnya Surat Berharga Negara (SBN), menjadi salah satu penerima manfaat utama dari pelonggaran kebijakan moneter global. Investor asing cenderung mencari imbal hasil yang masih relatif tinggi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, terutama saat suku bunga di negara-negara maju menurun.

"Capital inflow asing ke pasar obligasi Indonesia mencapai Rp 19,8 triliun dalam sepekan terakhir, menunjukkan minat besar terhadap SBN," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya