Kemenhub Bilang Banyak Pemda Mau Operasikan Kereta Tanpa Rel, Apa Keunggulannya?
- ANTARA/Putu Indah Savitri
Jakarta, VIVA - Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Risal Wasal mengatakan, sampai saat ini sudah ada sejumlah pemerintah daerah atau pemda, yang mengajukan pengoperasian autonomous rail rapid transit (ART) alias kereta otonom, sebagai moda transportasi massal di daerahnya masing-masing.
Namun, meskipun hal itu sejalan dengan visi Kemenhub untuk meningkatkan penggunaan kereta otonom tersebut, Risal mengaku bahwa pihaknya masih berupaya melakukan berbagai rangkaian uji coba terhadapnya.
"Sudah ada (sejumlah pemda yang minta pengoperasian kereta otonom), tapi kita masih diskusikan," kata Risal di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2024.
Dia menjelaskan, rangkaian uji coba itu terus dilakukan untuk memastikan kereta otonom ini layak dioperasikan di berbagai wilayah di Indonesia. Sehingga, rencana pengoperasian ART di kabupaten/kota ini pun menurutnya juga masih akan dibahas lebih lanjut.
"Kami masih melakukan pengujian, guna memastikan bahwa kereta otonom ini memang layak dan bisa digunakan di Indonesia," ujarnya.
Mengenai daerah mana saja yang sudah mengajukan pengoperasian kereta otonom tersebut, Risal menyebut sejumlah daerah yang telah mengajukannya kepada Kemenhub.
"Ada, di Semarang sudah minta, Bali sudah minta, Surabaya sudah ada, Bogor sudah ada," kata Risal.
Dia menjelaskan, tingginya minat para pemerintah kabupaten/kota untuk menggunakan moda transportasi baru itu, adalah karena adanya berbagai keunggulan yang dimilikinya. Salah satunya yakni bahwa kereta tanpa rel ini dapat dibuat khusus, baik secara ukuran kereta hingga rel yang digunakan. Sehingga, hal itu nantinya akan dapat menyesuaikan dengan kondisi jalan yang ada di masing-masing kabupaten/kota tersebut.
"Kami melakukan kajian terhadap kereta otonom itu agar lebih efisien, efektif, dan bisa digunakan di berbagai kabupaten/kota. Sebenarnya kereta otonom itu juga dia customized, bisa kita pesan juga ukurannya, relnya, dan lain-lainnya. Kami sudah diskusi dengan mereka (produsen ART)," ujar Risal.
Terlebih, lanjut Risal, pengoperasian kereta otonom ini membutuhkan biaya yang lebih murah dibandingkan moda transportasi kereta api lainnya, karena tidak memerlukan pembangunan infrastruktur baru seperti rel.
"Pemerintah daerah lebih mampu melakukan pembiayaan, karena mereka tidak perlu lagi membayar infrastruktur. Sebab infrastrukturnya adalah jalan yang sudah dilengkapi dengan markah. Kita hanya menambah markahnya saja, menambah sistem charging untuk operasi kereta otonom tadi," ujarnya.