Bos BNI Sebut Penurunan Suku Bunga The Fed Jadi Angin Segar Sektor Perbankan, Ini Alasannya
- BNI
Jakarta, VIVA – Beberapa waktu lalu Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve alias The Fed, telah memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0 persen. Pemangkasan hingga 50 bps itu lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang hanya sebanyak 25 bps.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk alias BNI, Royke Tumilaar mengatakan, langkah The Fed itu harus disikapi sektor perbankan baik di tingkat domestik maupun internasional, utamanya dalam hal fluktuasi suku bunga.
Meski demikian, Royke mengaku optimis bahwa langkah The Fed itu juga akan menjadi angin segar bagi sektor perbankan, untuk terus bertumbuh tanpa hambatan signifikan terkait suku bunga.
"Karena kalau sektor perbankan itu tantangannya selalu adalah soal suku bunga. Jadi kalau kita lihat suku bunga sudah turun, harusnya tidak ada isu yang berarti," kata Royke di Menara BNI, Jakarta, dikutip Selasa, 1 Oktober 2024.
Namun, Royke juga mengungkapkan optimismenya bahwa BNI akan mampu menjaga eksistensinya, di tengah kondisi ketidakpastian global seperti saat ini. Menurutnya, kunci keberhasilan BNI adalah dengan terus berinovasi, dan memastikan bahwa untuk selalu menjadi mitra kompetitif bagi para investor.
"Yang paling penting, bagaimana keberadaan BNI ini bisa menjadi suatu partner yang kompetitif bagi para investor," ujar Royke.
Selain itu, lanjut Royke, pihaknya juga meyakini bahwa sektor perbankan memiliki peran krusial dalam mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi yang resilien.
Melalui upaya mengedepankan inovasi produk dan jasa, Royke menegaskan bahwa BNI bertekad memberikan layanan terbaik untuk para nasabahnya, sekaligus berkontribusi pada transformasi ekonomi Indonesia.
"BNI tentu harus melakukan inovasi-inovasi, baik dalam hal produk maupun jasa, yang lebih kompetitif. Tujuannya adalah agar market bisa memberikan layanan terbaik untuk nasabahnya," ujarnya.