Genjot Insentif Sektor Perumahan, SMF: Bukan Hanya Sekadar Bangun Hunian Layak

Chief economist melalui SMF Research Institute Martin Daniel Siyaranamual
Sumber :
  • VIVA/Ayesha Puri

Bandar Lampung, VIVA – PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) menilai program 3 juta rumah yang dicanangkan pemerintahan baru memberikan dampak positif terhadap sektor perumahan. Pemberian insentif pada sektor perumahan berimplikasi terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

Anindya Bakrie: Kadin Upayakan Pendanaan Transisi Energi dan Perumahan dari Inggris

Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih mempunyai wacana pembangunan 3 juta rumah sebagai bentuk perhatian terhadap sektor perumahan. Harapannya program ini mampu mengentaskan backlog perumahan.

Chief economist melalui SMF Research Institute Martin Daniel Siyaranamual memaparkan, ada dua jenis backlog yang perlu menjadi perhatian pemerintah antara lain Backlog Kepemilikan dan Backlog Kelayakan Hunian. Backlog kepemilikan adalah orang yang menghuni rumah bukan milik sendiri sementara backlog kelayakan hunian adalah orang yang tinggal di rumah yang tidak layak.

Andika Perkasa Tawarkan Solusi Permasalahan Pengangguran di Jateng

Jumlah backlog kepemilikan sebanyak 9.905.824 rumah tangga atau  13,56 persen. Sedangkan, backlog kelayakan hunian mencapai 26.921.971 rumah tangga setara 36,85 persen.

Hunian Bernuansa Villa, Pilihan Tepat bagi yang Ingin Nyaman di Tengah Kota

Martin menyampaikan masih ada satu kelompok backlog yang sering terabaikan. Mereka adalah irisan dari dua jenis backlog, yakni kalangan yang menghuni rumah bukan milik pribadi dan tidak layak.  Jumlah kelompok irisan ini mencapai 6,14 persen atau 4.486.784 rumah tangga.

Lebih lanjut, Martin menyampaikan hasil kajian internal SMF dan DTS Indonesia tahun 2023 menunjukkan efek domino dari pembangunan sektor perumahan layak huni. Di samping menjadi lokomotif dalam memacu pertumbuhan ekonomi tetapi juga memiliki peran strategis terhadap kondisi sosial masyarakat.

"Kalau bicara soal perumahan maka bicaranya bukan hanya sekadar bangun rumah," ujar Martin saat konferensi pers SMF di Bandar Lampung, Minggu (29/9/2024).

Martin menyampaikan sektor perumahan erat kaitannya dengan dua hal. Pertama perihal pengentasan kemiskinan. Riset SMF tahun 2023 menunjukkan setiap insentif sebesar Rp 1 triliun pada sektor perumahan berdampak terhadap pengurangan orang miskin sekitar 6.107 orang. Artinya tingkat kemiskinan turun hingga 0,0022 persen.

"Rumah itu bicara tentang pengentasan kemiskinan. Artinya apa? Bukan cuma bangun rumah tok tetapi juga harus melihat dampaknya terhadap pengurangan angka kemiskinan," imbuh Martin. 

Kedua berkaitan dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang secara otomatis berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Setiap insentif berdampak terhadap peningkatan pendapatan (PDB) sekitar Rp 1,8 triliun.

Ilustrasi Keluarga

Photo :
  • pexels.com/August de Richelieu

Dengan begitu akan mengerek kesejahteraan masyarakat. Sekitar Rp 800 juta aktivitas kesehatan tercipta dan memberikan dampak positif pada kegiatan ekonomi di sektor pendidikan dengan kenaikan sekitar Rp 1,38 miliar.

"Peningkatan kesejahteraan ini di dalamnya termasuk stunting," ujarnya. 

Martin memaparkan insentif di sektor perumahan juga berdampak positif terhadap berbagai sektor. Setidaknya berpengaruh signifikan terhadap 185 sektor, seperti perdagangan, barang galian, jasa angkutan darat, jasa persewaan, dan lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya