10 Kesalahan Investasi Jangka Panjang yang Harus Dihindari oleh Gen Z

Ilustrasi Investasi Jangka Panjang
Sumber :

VIVA – Investasi jangka panjang menjadi topik yang semakin diminati oleh Gen Z di Indonesia, terutama karena semakin terbukanya akses terhadap berbagai instrumen investasi digital. Namun, di balik peluang besar tersebut, banyak di antara mereka yang melakukan kesalahan fatal yang justru merugikan.

Kelas Menengah Wajib Tahu! Ini 6 Kebiasaan Orang Super Tajir Kelola Keuanganya

Tanpa pemahaman yang tepat, investasi jangka panjang bisa berujung pada kekecewaan dan kerugian besar.

Kesalahan-kesalahan ini sering kali tidak disadari sejak awal. Misalnya, banyak yang tergiur dengan keuntungan instan dan tidak memiliki strategi yang jelas. Ketika ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan, para investor muda ini bisa merasa frustasi dan pada akhirnya menarik seluruh modal mereka.

IHSG Ditutup Mendatar di Level 6.983, Saham ESSA hingga BRIS Kinclong

Ini membuat banyak dari mereka gagal memanfaatkan potensi keuntungan besar dari investasi jangka panjang.

Dalam artikel ini ada 10 kesalahan investasi jangka panjang yang paling umum dilakukan oleh Gen Z di Indonesia dan bagaimana cara menghindarinya.

Dukung Kesejahteraan Buruh, Anindya Bakrie: Kenaikan Upah Seiring Peningkatan Produktivitas

Dengan mengetahui kesalahan ini, Anda bisa memperbaiki strategi investasi, sehingga potensi kerugian dapat diminimalisir dan tujuan keuangan tercapai.

1. Tidak Memiliki Tujuan Investasi yang Jelas

Salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan oleh investor Gen Z adalah memulai investasi tanpa tujuan yang jelas. Mereka sering kali hanya terjun ke dunia investasi karena tren atau rekomendasi tanpa benar-benar mengetahui untuk apa mereka berinvestasi.

Tanpa tujuan yang spesifik, investasi menjadi tidak terarah, dan hal ini dapat membuat seseorang bingung dalam menentukan strategi atau instrumen yang tepat. Akibatnya, mereka berisiko mengambil keputusan yang impulsif dan salah arah.

Untuk itu, penting bagi investor muda untuk menetapkan tujuan keuangan yang jelas dan realistis, seperti dana pensiun, pendidikan, atau pembelian properti.

2. Terlalu Fokus pada Keuntungan Jangka Pendek

Gen Z sering kali tergoda untuk mengejar keuntungan cepat dalam investasi. Mentalitas ini dapat membawa risiko besar, terutama jika mereka memilih instrumen investasi yang terlalu fluktuatif tanpa mempertimbangkan stabilitas jangka panjang.

Fokus pada hasil jangka pendek membuat banyak investor muda mengabaikan prinsip utama dari investasi jangka panjang, yaitu pertumbuhan yang konsisten dan stabil. Ketika pasar turun, mereka cenderung panik dan menjual aset dengan harga rendah, yang justru merugikan.

Solusi yang tepat adalah menyeimbangkan strategi dengan mempertimbangkan risiko dan potensi keuntungan jangka panjang untuk hasil yang optimal.

3. Kurang Edukasi tentang Produk Investasi

Banyak Gen Z yang terjun ke dunia investasi tanpa pemahaman mendalam tentang produk investasi yang mereka pilih. Mereka sering kali hanya mengikuti tren atau rekomendasi dari teman dan influencer tanpa benar-benar mengetahui risiko yang terlibat.

Kurangnya edukasi ini bisa berakibat fatal, karena mereka mungkin memilih produk dengan risiko yang tidak sesuai dengan profil keuangan atau tujuan mereka.

Padahal, memahami secara mendalam instrumen seperti saham, obligasi, reksa dana, dan aset lainnya sangat penting untuk membuat keputusan investasi yang bijak. Sebelum berinvestasi, pastikan untuk belajar dan memahami produk yang dipilih.

4. Tidak Melakukan Diversifikasi

Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan oleh investor Gen Z adalah tidak melakukan diversifikasi dalam portofolio mereka. Mereka cenderung hanya fokus pada satu jenis instrumen investasi, seperti saham atau kripto, yang terlihat menarik karena potensi keuntungan yang besar.

Namun, ini sangat berisiko karena jika satu instrumen mengalami penurunan nilai, seluruh investasi mereka bisa terdampak signifikan.

Diversifikasi adalah cara untuk menyebarkan risiko dengan menanamkan dana ke berbagai aset, seperti saham, obligasi, reksa dana, atau properti, sehingga jika salah satu investasi merugi, yang lain masih bisa memberikan perlindungan atau keuntungan.

5. Mengabaikan Inflasi dalam Perencanaan Investasi

Mengabaikan inflasi dalam perencanaan investasi adalah kesalahan yang sering dilakukan oleh investor pemula, terutama di kalangan Gen Z. Inflasi secara perlahan dapat menggerus nilai aset dan daya beli, sehingga keuntungan investasi yang terlihat signifikan di atas kertas bisa saja tidak mencerminkan kenaikan riil jika dibandingkan dengan laju inflasi.

Tanpa mempertimbangkan faktor ini, hasil investasi mungkin terlihat menguntungkan, namun pada kenyataannya nilai riil kekayaan bisa menyusut.

Untuk mengatasi ini, penting bagi investor untuk memilih instrumen investasi yang dapat mengalahkan laju inflasi, seperti saham atau properti, agar kekayaan tetap berkembang secara riil.

6. Memilih Investasi Berdasarkan Tren Sementara

Memilih investasi berdasarkan tren sementara merupakan salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh Gen Z. Terlalu fokus pada tren yang sedang populer, seperti saham perusahaan teknologi atau mata uang kripto, dapat membawa risiko besar bagi portofolio.

Tren investasi sering kali bersifat sementara dan fluktuatif, sehingga keputusan yang diambil hanya karena mengikuti hype tanpa mempertimbangkan faktor fundamental bisa berakhir merugikan. Dalam jangka panjang, mengikuti tren pasar tidak selalu menghasilkan keuntungan yang stabil.

Sebaliknya, lebih bijaksana untuk fokus pada investasi yang memiliki kinerja konsisten dan fundamental yang kuat untuk menghindari kerugian signifikan.

7. Mengabaikan Biaya Investasi

Mengabaikan biaya investasi adalah salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan oleh Gen Z. Banyak investor muda yang terlalu fokus pada potensi keuntungan tanpa memperhatikan biaya-biaya yang tersembunyi, seperti biaya administrasi, biaya transaksi, atau manajemen.

Padahal, biaya-biaya ini, meskipun terlihat kecil, bisa secara signifikan mengurangi keuntungan investasi dalam jangka panjang. Selain itu, biaya yang tidak terkontrol dapat memperlambat pertumbuhan portofolio Anda.

Untuk memaksimalkan hasil, penting untuk memilih produk investasi yang transparan dengan biaya rendah dan selalu memperhatikan rincian biaya sebelum membuat keputusan investasi.

8. Tidak Sabar dan Sering Mengubah Strategi Investasi

Banyak investor muda dari Gen Z yang sering kali kurang sabar dalam menunggu hasil investasi jangka panjang mereka. Ketika melihat fluktuasi pasar atau penurunan nilai investasi, mereka cenderung panik dan langsung mengambil keputusan impulsif dengan menjual aset yang mereka miliki.

Hal ini sering kali membuat mereka merugi karena mereka menjual pada saat yang salah, yaitu ketika harga sedang rendah. Mengubah strategi investasi terlalu sering juga dapat mengganggu pertumbuhan portofolio.

Solusinya, penting bagi Gen Z untuk tetap tenang, fokus pada tujuan jangka panjang, dan memahami bahwa fluktuasi pasar adalah bagian alami dari proses investasi.

9. Kurang Mengatur Alokasi Aset yang Tepat

Alokasi aset yang tepat sangat penting dalam investasi jangka panjang, terutama bagi Gen Z yang cenderung mengambil risiko tinggi tanpa memahami dampaknya. Kesalahan dalam pengaturan alokasi aset dapat menyebabkan ketidakseimbangan portofolio, sehingga hasil investasi tidak optimal.

Banyak yang terjebak dalam satu jenis aset, seperti saham atau kripto, tanpa mempertimbangkan diversifikasi yang lebih aman. Akibatnya, risiko yang diambil bisa terlalu besar atau terlalu konservatif, mengurangi potensi pertumbuhan aset secara keseluruhan.

Solusi untuk ini adalah mengidentifikasi profil risiko pribadi dan menyesuaikan alokasi aset dengan tujuan jangka panjang untuk mencapai keseimbangan optimal antara risiko dan imbal hasil.

10. Tidak Memonitor Perkembangan Investasi Secara Berkala

Tidak memonitor perkembangan investasi secara berkala adalah kesalahan umum yang sering dilakukan oleh investor, terutama Gen Z. Setelah melakukan investasi, banyak yang berpikir bahwa mereka bisa "membiarkannya bekerja sendiri" tanpa pengawasan.

Padahal, pasar keuangan selalu berubah, dan strategi investasi yang awalnya cocok mungkin perlu disesuaikan seiring berjalannya waktu. Dengan tidak melakukan pemantauan secara berkala, peluang untuk mengoptimalkan keuntungan atau mengurangi risiko dapat terlewatkan.

Solusinya adalah meluangkan waktu secara rutin, misalnya setiap tiga bulan, untuk mengevaluasi portofolio dan melakukan penyesuaian yang diperlukan sesuai dengan kondisi pasar terkini.

Investasi jangka panjang memang menawarkan potensi besar untuk membangun kekayaan di masa depan, terutama bagi Gen Z yang memiliki waktu lebih lama untuk melihat pertumbuhan investasi mereka.

Namun, agar sukses dalam perjalanan investasi ini, penting untuk menghindari kesalahan-kesalahan umum yang sering dilakukan oleh investor muda.

Dengan memahami dan mengatasi 10 kesalahan yang telah dibahas, Gen Z dapat membangun portofolio yang kuat, terhindar dari kerugian yang tidak perlu, dan meraih tujuan keuangan jangka panjang mereka dengan lebih efektif. Selalu edukasi diri, bersabar, dan konsisten dalam menjalankan strategi investasi.

Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibu Kota Nusantara (KIPP IKN)

Penjelasan OIKN soal Heboh Aguan Investasi di IKN Demi Selamatkan Jokowi

OIKN menjelaskan terkait kabar yang menyebut bahwa pendiri Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma (Aguan) berinvestasi di IKN untuk menyelamatkan citra Jokowi.

img_title
VIVA.co.id
20 Desember 2024