Apakah Gen Z Perlu Investasi di Saham? Mulai Investasi Saham Sebelum Ekonomi Dunia Memburuk
- Pexel.com/Liza Summer
VIVA – Tahun 2024 dan 2025 diprediksi menjadi periode yang sangat menantang, terutama bagi Gen Z yang baru mulai meniti karir. Tingginya suku bunga dan inflasi yang berlanjut berdampak langsung pada daya beli masyarakat, termasuk generasi muda.
Tantangan Ekonomi Gen Z
Dengan harga-harga kebutuhan hidup yang terus meningkat, banyak anak muda merasa kesulitan mengatur keuangan dan mulai memikirkan cara untuk menambah penghasilan. Namun, tanpa edukasi keuangan yang memadai, banyak yang terjebak dalam utang konsumtif, bukannya investasi yang produktif.
Kurangnya Edukasi dan Risiko Investasi Saham bagi Pemula
Banyak dari Gen Z beranggapan bahwa investasi di saham adalah cara cepat untuk menjadi kaya. Sayangnya, tanpa pemahaman yang mendalam tentang risiko pasar modal, mereka sering terjebak dalam mentalitas Fear of Missing Out (FOMO),
Membeli saham tanpa analisis matang hanya karena tren di media sosial. Ini bisa berujung pada kerugian besar ketika pasar saham mengalami penurunan, dan tanpa strategi manajemen risiko yang tepat, investasi saham bisa terasa lebih seperti perjudian.
Banyak Gen Z yang belum memahami perbedaan antara investasi dan spekulasi.
Generasi Z mudah tergiur dengan saham-saham berisiko tinggi, seperti saham gorengan, yang sering dipromosikan sebagai peluang untung besar dalam waktu singkat. Padahal, berinvestasi di saham memerlukan kesabaran dan pemahaman tentang dasar-dasar investasi, seperti analisis fundamental dan teknikal.
Untuk Gen Z yang ingin terlibat dalam dunia investasi saham, langkah pertama adalah meningkatkan literasi keuangan. Memahami konsep-konsep dasar seperti apa itu saham, bagaimana cara beli saham, serta mengenali risiko dan keuntungan investasi saham adalah kunci.
Apa itu Saham?
Saham adalah bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan, yang dapat diperjualbelikan di pasar modal. Dengan memiliki saham, Gen Z memiliki bagian dari perusahaan dan berhak atas keuntungan dalam bentuk dividen atau bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
Saham juga dapat mengalami kenaikan harga (capital gain) seiring dengan perkembangan perusahaan. Saham-saham perusahaan besar yang stabil, seperti Bank BRI atau Sampoerna, sering kali menjadi pilihan yang lebih aman bagi investor pemula.
Bagaimana Cara Beli Saham?
Gen Z perlu membuka akun di perusahaan sekuritas yang berfungsi sebagai perantara dalam jual beli saham. Proses pembukaan akun ini relatif mudah, hanya membutuhkan KTP, NPWP, dan rekening bank. Setelah berhasil membuka akun sekuritas, nanti akan diberi rekening baru yaitu rekening khusus jual beli saham bernama Rekening Dana Investor (RDI).
Setelah akun sekuritas aktif, transaksi saham bisa dilakukan secara online melalui aplikasi yang disediakan oleh sekuritas. Contoh perusahaan sekuritas, Aplikasi mandiri sekuritas, Bni sekuritas dll. Jika kamu baru memulai Aplikasi Ajaib atau Bibit menawarkan kemudahan bagi investor pemula untuk mulai berinvestasi.
Strategi Investasi Saham untuk Pemula:
- Diversifikasi portofolio: Jangan menaruh semua uang di satu saham. Sebar investasi ke beberapa sektor untuk meminimalkan risiko.
- Pilih saham dengan fundamental kuat: Saham-saham blue chip dari perusahaan besar yang stabil seperti Bank BRI atau Telkom Indonesia biasanya memiliki risiko lebih rendah.
- Pahami pergerakan pasar: Jangan terburu-buru menjual saat harga turun. Pelajari strategi investasi jangka panjang dan manfaatkan momentum yang tepat untuk membeli.
Keuntungan Jangka Panjang
Gen Z bisa memanfaatkan waktu yang mereka miliki untuk mulai berinvestasi sejak dini. Dengan memulai sekarang, mereka dapat merasakan compounding effect, yaitu keuntungan yang terus bertambah seiring waktu.
Di saat yang sama, mereka juga bisa belajar mengelola risiko, mengambil keputusan yang lebih bijak, dan menuju financial freedom di masa depan.