Bulog Ungkap 5 Tantangan Produksi Beras yang Berdampak Pada Krisis Pangan

Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Bulog, Sonya Mamoriska
Sumber :
  • VIVA/Ainuni Rahmita

Bali, VIVA – Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Bulog, Sonya Mamoriska, mengungkapkan lima tantangan utama dalam produksi beras yang berdampak pada krisis pangan global.

Zulhas Wanti-wanti Kepala Daerah RI Bakal Kekurangan Beras di Awal 2025

Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 yang berlangsung di Bali International Convention Centre, Nusa Dua, Bali, pada Kamis, 19 September 2024. 

Acara yang dihadiri oleh berbagai pakar dan pemangku kepentingan sektor pangan global ini mengusung tema tentang kompleksitas tantangan dalam produksi beras di seluruh dunia.

Daftar Harga Pangan 6 November 2024: Beras hingga Telur Ayam Naik

Sonya menyampaikan bahwa tantangan-tantangan ini berpotensi mengancam stabilitas dan keamanan pangan secara global, terutama bagi negara-negara yang sangat bergantung pada beras sebagai makanan pokok.

"Hari ini, produksi beras dihadapkan pada serangkaian masalah yang berdampak luas pada komunitas lokal dan sistem pangan global. Salah satu tantangan paling mendesak adalah perubahan iklim," ujar Sonya. 

Mentan Amran Sebut Sektor Pertanian RI Harus Satu Komando, Singgung Pupuk-Bulog di Bawah BUMN

Menurut Sonya, setidaknya ada lima tantangan produksi beras yang berdampak pada krisis pangan. Simak penjelasan berikut!

1. Perubahan Iklim

Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Bulog, Sonya Mamoriska

Photo :
  • VIVA/Ainuni Rahmita

Perubahan iklim telah menyebabkan pola cuaca yang tidak terduga, peningkatan suhu, serta cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan, yang semuanya berdampak signifikan pada hasil panen beras di seluruh dunia.

“Pola cuaca yang tidak terduga, suhu yang meningkat, dan cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan mengganggu hasil panen beras di seluruh dunia,” ungkap Sonya.

2. Faktor Biologis

Ilustrasi harga beras.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

Tantangan kedua yang dihadapi dalam produksi beras berasal dari faktor biologis. Sonya menjelaskan bahwa hama, penyakit, dan spesies invasif menjadi semakin sulit untuk dikelola. 

Ancaman biologis ini memberikan tekanan tambahan pada petani yang telah menghadapi dampak perubahan iklim.

“Selain faktor lingkungan, industri beras juga bergulat dengan ancaman biologis. Hama, penyakit, dan spesies invasif semakin sulit untuk dikelola, memberikan tekanan tambahan pada petani yang sudah berhadapan dengan kompleksitas perubahan iklim,” tambahnya.

3. Tekanan Ekonomi

Stok Beras di Gudang Bulog (Foto Ilustrasi)

Photo :
  • vstory

Selain tantangan lingkungan dan biologis, tekanan ekonomi juga turut memperburuk situasi.

"Tekanan ekonomi semakin memperparah tantangan ini. Volatilitas pasar, pembatasan perdagangan, dan meningkatnya biaya input seperti pupuk dan energi membuat petani semakin sulit untuk menjaga operasional yang menguntungkan," kata Sonya. 

4. Krisis Rantai Pasok

Stok beras di Gudang Bulog Semarang. (ilustrasi)

Photo :
  • Teguh Joko Sutrisno/ tvOne.

Gangguan rantai pasok global juga menjadi tantangan lain yang diungkapkan Sonya. Krisis rantai pasok selama beberapa tahun terakhir telah menyoroti kerentanan dalam sistem pangan global.

"Gangguan rantai pasok global dalam beberapa tahun terakhir telah menyoroti kerentanan sistem pangan global, dan beras tidak terkecuali," jelasnya.

5. Konflik Perang dan Geopolitik

Ilustrasi harga beras.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

Ilustrasi harga beras.

Photo :

Tantangan terakhir yang disebutkan Sonya adalah konflik geopolitik dan peperangan. Konflik yang terjadi di berbagai negara ini tidak hanya mengguncang pasar beras, tetapi juga mengganggu jalur produksi dan distribusi.

"Ketegangan geopolitik dan konflik juga berperan dalam mengguncang pasar beras, mengganggu jalur produksi dan distribusi. Akibatnya, miliaran orang yang bergantung pada beras sebagai makanan pokok menghadapi kerentanan yang lebih besar terhadap ketidakamanan pangan," tutup Sonya. 

Bulog pun terus mengembangkan strategi untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut guna menjaga stabilitas pangan nasional dan internasional.

Dalam acara IIRC 2023, diharapkan berbagai pihak dapat bersinergi untuk menjalankan solusi berkelanjutan dalam menghadapi tantangan produksi beras yang semakin kompleks.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya