5 Alasan BI Duluan Pangkas Suku Bunga Sebelum The Fed
- M Yudha P / VIVA.co.id
Jakarta, VIVA – Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6 persen bulan ini. Hal tersebut merupakan hasi dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang diumumkan hari ini..
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan terdapat lima alasan mengapa BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada rapat kali ini.
Pertama, arah kebijakan suku bunga the Fed dinilai sudah lebih jelas. Sebab berdasarkan hasil bacaan BI, the Fed akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali di sisa tahun ini, yang mulai dilakukan pada September ini.
"Perkiraan kami dengan data terbaru, asesmen terbaru, kemungkinan-kemungkinan turunnya (suku bunga the Fed) adalah September, November, dan Desember tahun ini, masing-masing 25 basis point," ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor BI, Jakarta, Rabu, 18 September 2024.
Menurutnya, dengan arah kebijakan the Fed yang lebih jelas, tingkat imbal hasil atau yield surat utang pemerintah AS tenor 2 tahun kian menurun, akan memicu indeks dolar AS melemah. Sebab investor asing mulai beralih dari pasar keuangan AS ke pasar keuangan negara berkembang, dengan tingkat imbal hasil surat utang yang lebih menarik.
"Jadi kami sudah menakar probabilitas-probabilitas itu, sehingga tidak perlu menunggu (penurunan Fed Fund Rate)," katanya.
Kedua, pemangkasan suku bunga ini dilakukan karena indeks dolar AS yang menurun. Sehingga menyebabkan nilai tukar rupiah terus menguat. BI mencatat, sejak awal tahun hingga 17 September 2024, nilai tukar rupiah telah menguat sekitar 0,40 persen ke level Rp 15.330 per dolar AS.
Ketiga, laju inflasi yang diproyeksi tetap stabil. Dalam hal ini BI meyakini, meskipun suku bunga acuan dipangkas, tingkat inflasi akan tetap terjaga di kisaran target 2,5 persen plus minus 1 persen.
Kemudian alasan keempat ialah perlunya mendorong upaya pertumbuhan ekonomi nasional. Perry menyebutkan, selama ini BI fokus mendukung pertumbuhan ekonomi lewat instrumen kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran nasional.
"Sehingga ada tiga kebijakan (mendukung pertumbuhan ekonomi) sekarang, makroprudensial, sistem pembayaran, dan moneter, memang sudah mulai untuk pertumbuhan," ujarnya.
Sedangkan yang kelima, pemangkasan ini dilakukan BI untuk mendorong penyaluran kredit perbankan. Sebab dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah diharapkan bank lebih bergairah untuk melaksanakan fungsi intermediasinya, hingga pada akhirnya turut mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
"Jadi ini 5 alasan, the time is right, dan besarannya 25 basis point," imbuhnya.