Investasi Geothermal di RI Tembus Rp 133 Triliun, Naik 8 Kali Lipat 10 Tahun Terakhir
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan, total investasi di sektor energi panas bumi (geothermal) di Tanah Air dalam 10 tahun terakhir, mencapai hingga US$8,7 miliar atau sekitar Rp 133,44 triliun (asumsi kurs Rp 15.338 per US$).
Dia memastikan, investasi di sektor panas bumi dalam bentuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) itu, telah meningkat hingga 8 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2014 lalu.
"Dalam 10 tahun terakhir, akumulasi investasi pembangunan PLTP juga tumbuh signifikan, naik hingga 8 kali lipat. Sehingga tahun 2024 diperkirakan investasi di geothermal sebesar US$ 8,7 miliar," kata Bahlil di acara The 10th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibitions (IIGCE) 2024, di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 18 September 2024.
Dia menambahkan, investasi sebesar itu bahkan telah sukses membuka lapangan pekerjaan bagi sekitar 900 ribu pekerja di Tanah Air. Sementara untuk kontribusi kepada kas negara, pembangunan PLTP itu bahkan telah menyumbang hingga sekitar Rp 16 triliun. "Bahkan pembangunan PLTP ini juga ikut berkontribusi mengurangi 17,4 juta ton CO2 per tahun," ujarnya.
Namun, Bahlil mengakui bahwa nilai investasi ini masih belum cukup untuk mengejar target bauran energi bersih nasional. Sebab, hingga saat ini tingkat bauran EBT terhadap pasokan energi nasional tercatat masih sangat rendah.
Menurutnya, porsi EBT dalam bauran energi nasional hingga saat ini baru mencapai 15 persen, atau sekitar 13,7 Gigawatt (GW). Jumlah ini diakuinya masih jauh di bawah target pemerintah, yang sebesar 23 persen atau 23 GW pada tahun 2025 mendatang.
"Indonesia saat ini memiliki kapasitas listrik yang ada sebesar 93 Gigawatt, atau setara dengan 93.000 Megawatt. Di mana 13,7 Gigawatt atau 15 persen di antaranya berasal dari EBT ini," kata Bahlil.
Dari jumlah bauran EBT terhadap energi nasional itu, Bahlil mengatakan bahwa sebesar 2,6 GW di antaranya berasal dari PLTP. Di mana, jumlah ini mencakup sekitar 18,5 persen dari total listrik EBT, atau 3 persen dari total energi nasional. Namun, jumlah ini menurutnya masih sangat kecil, mengingat potensi panas bumi di Tanah Air totalnya mencapai 24 GW atau terbesar kedua di dunia.
"Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi geothermal terbesar di dunia, yakni sebesar 40 persen atau 24 Gigawatt. Saat ini kapasitas oleh PLTP di Indonesia mencapai 2,6 Gigawatt, atau terbesar nomor dua di dunia untuk yang sudah jalan. Pertumbuhannya selama 10 tahun terakhir itu tumbuh 2 kali lipat," ujarnya.