Dampak Pemangkasan Suku Bunga The Fed Terhadap Ekonomi Global
- Twitter.com/@federalreserve
Jakarta, VIVA – The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga pada bulan September yang menjadi perdana sejak pandemi Covid-19. Kebijakan ini dinilai sedikit banyaknya mempengaruhi pasar dan ekonomi global.Â
Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, dijadwalkan akan menurunkan suku bunga pada Rabu (18/9/2024). Pasar sudah memperkirakan hal ini dan para investor pun mulai bersiap menghadapi dampaknya.
The Fed menjadi bank sentral keenam yang memangkas suku bunga. Sebelumnya sudah dilakukan oleh Inggris, Kanada, Meksiko, Swiss, Swedia dan terbaru Indonesia di mana BI resmi menurunkan suku bunga 25 basis poin (bps) sehingga suku bunga di level 6 persen.
Pemangku kebijakan negara tersebut berani memutuskan mendahului The Fed yang dipandang sebagai pemimpin global. Bank sentral melakukan hal itu sebagai respons adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi sekaligus meredakan tekanan inflasi di dalam negeri masing-masing.Â
Dikutip dari CNBC pada Rabu (18/9/2024), beberapa analis memprediksi dampak global yang ditimbulkan dari pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Kekhawatiran utama adalah tekanan perbedaan suku bunga yang berimbas pada mata uang.
Suku bunga yang lebih tinggi dinilai akan menarik lebih banyak investor asing. Sehingga pada gilirannya berpotensi meningkatkan nilai mata uang domestik.
Dampak ini sudah terlihat pada Yen Jepang dan Lira Turki mengalami pukulan berat ketika bank sentral negaranya mempertahankan suku bunga rendah. Dolar AS melonjak sepanjang tahun 2022 karena Fed menaikkan suku bunga secara ketat.
Perbedaan ini khususnya menyulitkan bank sentral yang berupaya mengendalikan kenaikan harga, karena mata uang yang lebih lemah dapat bersifat inflasi karena peningkatan biaya barang impor.
Suku bunga menurun tentunya memberikan efek signifikan terhadap ekonomi negeri Paman Sam. Fokus terkini adalah melemahnya pasar tenaga kerja sehingga berpotensi terjadinya resesi.
"Sebagai pendorong penting pertumbuhan global, hal ini (pemangkasan suku bunga) pasti akan berdampak pada harga aset di seluruh dunia," ujar Richard Carter selaku Kepala Penelitian Suku Bunga Tetap di Quilter Cheviot.
Aset yang dimaksud termasuk emas. Harga emas mencapai rekor tertinggi pada pekan menyusul ekspektasi terkait langkah yang diambil oleh The Fed.Â
Suku bunga yang lebih tinggi umumnya dipandang sebagai penghambat kenaikan harga emas karena membuat investasi pendapatan tetap (seperti obligasi) lebih menarik. Meskipun situasi ini tidak selalu terjadi.
Emas juga digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Di mana inflasi relatif lebih tinggi saat suku bunga turun sehingga investor cenderung akan membeli emas pada saat pasar sedang tertekan.
Minyak juga mendapat sentimen positif dari penurunan suku bunga. Pasalnya biaya pinjaman yang lebih rendah dapat merangsang perekonomian dan meningkatkan permintaan.
"Apa pun hasilnya, pasar akan bergerak," ucap Steven Bell sebagai Kepala Ekonom Columbia Threadneedle.
Sebagian besar volatilitas pasar saham global selama beberapa bulan terakhir dikaitkan dengan spekulasi mengenai kapan dan seberapa besar The Fed akan menurunkan suku bunga.
“Pemotongan suku bunga mengurangi biaya pinjaman dalam dolar AS sehingga menciptakan kondisi likuiditas yang lebih mudah bagi perusahaan di seluruh dunia," imbuh Richard Carter.
Richard Carter juga menduga suku bunga AS yang lebih rendah berkorelasi terhadap menurunnya imbal hasil pada aset-aset AS, terutama obligasi pemerintah. . Pasar ekuitas juga terpengaruh dan berkembang lebih sensitif.