Mitos-mitos Seputar Aset Kripto yang Salah Kaprah, Cek Faktanya

Aset kripto.
Sumber :
  • Equity Trust Company

Jakarta, VIVA – Aset kripto atau cryptocurrency semakin populer sebagai salah satu alternatif pilihan investasi. Minimnya literatur menyebabkan instrumen investasi yang tergolong baru ini memunculkan penafsiran yang keliru terkait aset kripto.

Masyarakat masih kerap dihantui berbagai mitos seputar aset kripto. Situasi ini tak lepas dari masih awamnya khalayak terhadap investasi berbasis blockchain serta minimnya literasi dan informasi. 

Direktur Utama LUNO, Aditya Wirawan, memaparkan fakta sebenarnya dari berbagi kabar terkait aset kripto maupun Bitcoin yang masih acap kali disalah persepsikan oleh masyarakat. Keharusan ini sejalan dengan klaim LUNO sebagai market leader dalam hal edukasi aset kripto di tanah air.

Lantas, apa saja mitos-mitos seputar aset kripto yang tak sesuai faktanya? Yuk simak ulasan berikut ini.

Aset Kripto Tidak Punya Nilai Intrinsik

Ilustrasi laporan keuangan.

Photo :
  • HaloMoney

Faktanya aset kripto memiliki dua nilai intrinsik yang dapat dijadikan sebagai acuan analisis fundamental, yakni whitepaper dan tokenomics.

Whitepaper adalah penciptaan aset kripto yang dianggap sebagai sebuah proyek untuk mengatasi sebuah masalah. Artinya unsur whitepaper secara tersirat bertujuan mengukur kebermanfaatan aset kripto. 

"Contohnya ada satu aset kripto namanya XRP dibuat sama perusahaan namanya Ripple. Jadi saat token diciptakan idenya adalah transfer bank antar negara sangat mahal dan sangat lelet, bisa tidak diselesaikan dengan blockchain. Sehingga dibuatkan XRP yang dapat mentransfer 1.500 transaksi per detik nah itu tercatat di whitepaper," jelas Aditya.  

Kertas putih ini dapat diakses dan diunduh melalui laman aset kripto. Dalam menelaah whitepaper setidaknya ada dua hak, pertama apakah koin atau token tersebut merupakan solusi dari sebuah masalah penting. Kedua, apakah masalah tersebut dapat diselesaikan dengan teknologi blockchain. 

Indikator kedua adalah tokenomics atau token economics yang mengukur supply-demand (penawaran dan permintaan) terhadap sebuah aset kripto. Di mana jika kuantitasnya banyak cenderung harganya rendah.

"Bitcoin saat diciptakan itu jumlahnya terbatas hanya 21 juta dan saat ini yang disirkulasi hanya sekitar 11,5 juta. Hal ini dilakukan guna menjaga nilai Bitcoin supaya tidak jatuh," imbuh Aditya.

Harga Bitcoin Terlalu Volatil

Memaksimalkan keuntungan dalam trading

Photo :
  • Unsplash

Mitos lainnya adalah ketakutan karena nilai Bitcoin terlalu volatil. Sebagaimana diketahui harga aset kripto sangat fluktuatif. Meskipun begitu, Aditya kurang setuju jika Bitcoin disebut mudah berubah-ubah. 

Faktanya, saat grafik harga bitcoin di zoom out  justru menunjukkan tren kenaikan. Oleh sebab itu, Aditya lebih menyarankan bitcoin sebagai investasi jangka panjang untuk memperoleh keuntungan daripada sebagai aset trading. Pasalnya, tidak semua investor 'kuat' melihat fluktuasi harga Bitcoin yang terbilang ekstrem. 

Sebagai contoh, Aditya mengilustrasikan perbandingan investasi emas dan bitcoin yang masing-masing sebesar US$ 1 dolar selama 14 tahun. Hasilnya, Bitcoin mampu menyentuh angka US$ 38.506,1 sementara emas hanya US$ 1,96. 

Sudah Terlambat untuk Membeli Bitcoin

Indodax Diserang Hacker Korut, Oscar Darmawan Buka-bukaan Proses Pemulihannya

Ilustrasi pria terlambat.

Photo :
  • Pixabay

Mitos yang juga sering berseliweran tentang Bitcoin adalah sudah terlambat untuk membeli 'emas digital'. Aditya mengatakan sebaliknya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menambang Bitcoin karena masih dalam tahap pengembangan.

Hacker Pembobol Indodax Diduga Kelompok Peretas Korut, Sudah 58 Kali Bobol Bursa Kripto

Aditya menuturkan bitcoin dan aset kripto tergolong baru di industri penanaman modal dibandingkan aset lain, seperti saham dan perbankan. Bitcoin sendiri pertama kali 'ditambang' pada tahun 2009 artinya baru berusia 14 tahun. 

Seiring perkembangan teknologi, nilai Bitcoin dan aset kripto lain akan semakin nyata dengan berbagai solusi dan kemudahan yang ditawarkan. Mulai dari tempat penyimpanan nilai, sebagai alat transfer, dan sebagai super-computer (Ethereum).

Pro-Kontra Giveaway Indodax saat Platform Trading Aset Kripto Masih Belum Pulih
Bitcoin, Etherium, dan aset kripto.

Gen Z Wajib Tahu! Ini 7 Cara Investasi Kripto yang Aman dan Cuan

Investasi kripto saat ini tengah digandrungi oleh berbagai kalangan, tak terkecuali Gen Z. Bagaimana sih tipsnya biar cuan tapi tetap aman?

img_title
VIVA.co.id
17 September 2024