Menteri Rosan Ungkap Tantangan Utama Bangun Ekosistem Energi Hijau di Indonesia

Ilustrasi energi hijau atau green energy.
Sumber :
  • indoenergi.com

Jakarta, VIVA – Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani mengungkapkan salah satu tantangan utama dalam membangun ekosistem energi hijau di Indonesia. Salah satu tantangan tersebut yakni sumber daya manusia (SDM) yang menjadi salah satu faktor penyebab banyak investor asing masih ragu untuk berinvestasi di sektor tersebut.

Subang hingga Konawe: Indonesia Bakal Jadi Pusat Baru Industri Kendaraan Listrik ASEAN

"Dalam rangka membangun ekosistem untuk clean energy, sumber daya manusia (SDM) memainkan peranan yang sangat penting," kata Rosan dalam acara Leaders Forum di Jakarta Selatan, Selasa, 17 September 2024.

"Mereka bilang, oke kebijakan sudah bagus tapi manusianya tidak tersedia, itu bisa menjadi tantangan," ujarnya menambahkan.

Indonesia Eyes $618 Billion from Downstreaming 28 Commodities by 2040

Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan Roeslani

Photo :
  • Tangkapan layar acara detikcom Leaders Forum

Rosan menjelaskan, Indonesia memiliki jumlah tenaga kerja yang besar, yakni sekitar 134-135 juta orang. Namun, sekitar 40 persen dari tenaga kerja tersebut memiliki latar belakang pendidikan sekolah dasar (SD).

Pacu Hilirisasi 28 Komoditas, Menteri Rosan Kejar Investasi Rp 9.810 Triliun

Bahkan, 24 persen di antaranya tidak menyelesaikan pendidikan SD. Kemudian, hanya 12-13 persen dari tenaga kerja Indonesia yang memiliki latar belakang pendidikan diploma atau universitas.

"18 persen dengan latar belakang pendidikan SMA atau SMP, dan hanya 12-13 persen dengan latar belakang pendidikan diploma atau universitas," papar dia.

Demi menghadapi tantangan tersebut, pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif bagi pengusaha yang bersedia memberikan pelatihan dan pendidikan vokasi kepada para pekerja.

"Apabila setiap perusahaan ikut dalam program vokasi, training, dan edukasi, baik yang diadakan oleh pemerintah ataupun baik yang diadakan oleh perusahaan itu sendiri, maka memperoleh insentif pajak sebesar 200 persen," kata Rosan.

Selain itu, perusahaan yang melakukan penelitian dan pengembangan di Indonesia juga bisa mendapatkan insentif pajak hingga 30 persen. Namun, Rosan mengakui bahwa banyak perusahaan yang belum mengetahui adanya insentif ini.

"Banyak perusahaan yang belum tahu, padahal sudah ada di dalam omnibus law dan peraturan turunannya sudah ada, tapi belum tersosialisasi dengan baik," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, dia juga menekankan pentingnya meningkatkan kualitas SDM sebagai kunci keberhasilan pembangunan energi hijau di Indonesia. Menurut Rosan, meskipun kebijakan pemerintah sudah baik, upaya meningkatkan kemampuan SDM masih perlu diperkuat.

"Peningkatan SDM ini kunci segalanya," kata Rosan.

Apalagi, dia menyebut bahwa potensi energi bersih di Indonesia sangat besar, termasuk energi panas bumi yang mungkin terbesar di dunia, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Sebab itu, kebijakan yang tepat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan potensi energi hijau di Indonesia.

"Panas bumi kita mungkin terbesar di dunia tapi kurang dari 3 persen yang kita utilisasi," ungkap Rosan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya