Mengenal Investasi Kripto dan Risiko Cyber Security yang Mengintai
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Saat ini, investasi kripto semakin digandrungi banyak orang, terutama generasi muda yang tertarik dengan potensi keuntungan besar. Perlu diketahui, investasi kripto merupakan investasi dalam bentuk mata uang digital yang menggunakan teknologi blockchain untuk memfasilitasi transaksi.Â
Salah satu keuntungan utama dari investasi ini adalah kemampuannya untuk memberikan pengembalian yang tinggi dalam waktu relatif singkat. Namun, di balik potensi keuntungan tersebut, risiko yang mengintai tidak bisa diabaikan, terutama terkait keamanan data.
Kasus terbaru yang terjadi di Indonesia yakni melibatkan Indodax, salah satu platform pertukaran kripto. Baru-baru ini, Indodax diduga mengalami kebocoran data yang menyebabkan kerugian mencapai Rp335 miliar akibat transaksi ilegal. Hal tersebut diungkapkan Teguh Aprianto, pendiri Ethical Hacker Indonesia.
"Indodax diduga kebobolan dengan total kerugian dari transaksi ilegal lebih dari 21,8 juta USD, atau sekitar Rp335 miliar," tulis Teguh.
Melansir dari situs City National Bank, investasi kripto ini menawarkan fleksibilitas dan anonimitas yang tidak ditemukan pada investasi tradisional. Alhasil, transaksi dapat dilakukan secara langsung tanpa perlu melalui pihak ketiga seperti bank.Â
Selain itu, nilai aset kripto, seperti Bitcoin atau Ethereum, bisa melonjak drastis seiring dengan permintaan pasar. Namun, perlu dicatat, bahwa volatilitas yang tinggi ini juga bisa menjadi pedang bermata dua, karena nilai aset kripto bisa turun tajam dalam waktu singkat, sehingga membuat investor berpotensi mengalami kerugian besar.
Risiko keamanan dalam investasi kripto
Selain itu, di balik semua keuntungan tersebut, investasi kripto juga bisa memiliki risiko yang besar, terutama dalam hal keamanan siber. Melansir dari Cyber Defense Magazine, ada beberapa hal mengapa investasi kripto rentan terkena serangan hacker. Di antaranya:
1. Anonimitas dan Privasi
Mata uang kripto seperti Bitcoin memberikan tingkat anonimitas dan privasi yang tidak dimiliki oleh sistem perbankan tradisional. Transaksi sulit dilacak kembali ke individu, membuat para peretas lebih mudah menyembunyikan identitas mereka.
2. Kemudahan Transfer
Mata uang kripto dapat ditransfer dengan cepat dan melintasi batas negara tanpa memerlukan perantara. Hal ini mempermudah para peretas untuk menerima pembayaran dari korban di seluruh dunia.
3. Desentralisasi
Sifat desentralisasi mata uang kripto berarti tidak ada otoritas pusat yang dapat membekukan atau membalikkan transaksi. Sekali pembayaran dilakukan, sangat sulit untuk mendapatkan kembali dana tersebut.
4. RansomwareÂ
Ransomware adalah jenis malware yang mengenkripsi data korban, membuatnya tidak dapat diakses sampai tebusan dibayar. Penggunaan mata uang kripto memungkinkan peretas menerima pembayaran tebusan secara rahasia. Serangan ransomware terkenal, seperti yang melibatkan WannaCry atau REvil, biasanya meminta pembayaran dalam bentuk Bitcoin atau mata uang kripto lainnya.
5. Smart Contracts dan Pasar GelapÂ
Mata uang kripto juga memfasilitasi aktivitas ilegal melalui pasar gelap dan smart contracts. Platform ini dapat digunakan untuk menjual data curian, alat peretasan, dan layanan ilegal lainnya, dengan transaksi yang dilakukan dalam bentuk mata uang kripto untuk mempertahankan anonimitas.
Berikut beberapa tips untuk melindungi diri dari risiko keamanan saat berinvestasi kripto:
1. Utamakan Keamanan
Pastikan Anda menggunakan platform yang memiliki sistem keamanan kuat. Selalu periksa dan teliti sebelum melakukan investasi.
2. Bekali Diri dengan Pengetahuan
Lalu, yang tak kalah penting adalah, membekali diri dengan pengetahuan. Pelajari cara kerja kripto, risiko yang terkait, serta perkembangan terbaru dalam dunia keamanan siber.
3. Konsultasi dengan Ahli Investasi
Terakhir, sebelum berinvestasi, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan penasihat keuangan atau ahli yang memahami risiko investasi kripto.