Ekonom Indef Ingatkan Dampak Buruk Kelas Menengah Turun Kelas

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVAEkonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin meminta pemerintah untuk menaruh perhatian serius atas jumlah kelas menegah yang kian menurun. Sebab kelas menengah berperan penting dalam mendorong konsumsi dan pembangunan negara. 

Pemerintah Kasih Diskon Tarif Listrik 50 Persen, Ekonom Ingatkan soal Ini

Bustanul mengatakan, bila jumlah kelas menengah terus menurun, dikhawatirkan Indonesia berpotensi mengarah kepada revolusi. 

“Kekosongan kelas menengah juga jelek. kalau turun terlalu jauh, lalu menjadi kosong, dan kita ngeri revolusi,” ujar Bustanul dalam Diskusi Publik Indef, Senin, 9 September 2024.

Ekonom Optimis Penjualan Mobil Capai 1 Juta pada 2025

Ilustrasi Kelas Menengah di Indonesia

Photo :
  • CNA (Channel News Asia)

Dia menjelaskan, negara-negara di Amerika Latin dengan struktur kelas yang sangat timpang seringkali mengalami tekanan dan guncangan yang mana ini disebabkan karena kekosongan kelas menengah. 

Ekonom Sebut Kenaikan PPN Jadi 12 Persen Berpotensi Pengaruhi Kinerja Pasar Modal

“Sejarah di Amerika Latin, seperti di Kolombia, Panama, dan Venezuela. Di sana, kelas menengahnya kosong. Jumlah tuan tanah besar, tetapi kelas menengahnya sedikit, dan mereka melompat ke kelas bawah yang informal. Ini sangat berbahaya,” ujarnya.

Sehingga dengan itu, dia menekankan agar pemerintah bisa fokus untuk menyelamatkan masyarakat kelas menengah yang jumlahnya terus menurun.

Bustanul menekankan, angka kelas menengah penting untuk dijaga karena berperan penting dalam kinerja pembangunan ekonomi. Di samping itu, kelas menengah juga memainkan peran sosial-politik yang penting dan mempengaruhi atau menentukan governance, kualitas kebijakan dan pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, kelas menengah juga berperan besar dalam proses demokratisasi, kebijakan ekonomi dan perbaikan aransemen serta kualitas kelembagaan.

“Secara aktif politik memang kelas menengah cenderung mendukung demokrasi, walau mereka banyak tuntutan tentang kualitas pelaksanaan demokrasi itu,” imbuhnya.

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah masyarakat kelas menengah terus menurun dalam 10  tahun terakhir. Pada 2019 masyarakat kelas menengah mencapai 57,33 juta. Jumlah tersebut terus menurun hingga pada 2024 mencapai 47,85 juta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya