Luhut Tekankan Transisi Energi Bisa Berjalan Beriringan dengan Pertumbuhan Ekonomi
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menekankan, upaya transisi energi yang dilakukan bisa berjalan beiringan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu ditegaskan Luhut dalam sesi plenari di acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) kawasan Senayan, Jakarta.
"Transisi energi di Indonesia selain berfokus pada upaya-upaya pengurangan emisi, juga telah mendorong pertumbuhan ekonomi. Misalnya melalui upaya pengembangan industri hijau yang akan menopang perekonomian Indonesia dalam jangka panjang," kata Luhut di acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, di JCC Senayan, Jakarta, Kamis, 5 September 2024.
Luhut pun membeberkan sejumlah proyek terkait hal tersebut. Antara lain adalah energi hijau yang potensinya melimpah di Tanah Air. Kapasitas energi tersebut bisa mencapai lebih dari 3.600 Gigawatt.
"Kami juga memiliki PLTS Apung di Waduk Cirata (Jawa Barat), dengan kapasitas 192 Megawatt peak (MWp), terbesar di Asia Tenggara, dan terbesar ketiga di dunia," ujarnya.
Selain itu, Luhut memastikan bahwa PLN juga telah menerbitkan program Percepatan Penerapan Energi Terbarukan (ARED), yang bertujuan untuk memiliki sekitar 480 Gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan pada tahun 2060 mendatang.
Terlebih, melalui kemitraan dengan Singapura, Indonesia dipastikan Luhut juga telah mengembangkan industri fotovoltaik surya dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (Battery Energy Storage System/BESS). "Yang memungkinkan Indonesia untuk mengekspor listrik hijau ke Singapura, yang dihasilkan oleh panel surya yang diproduksi di Indonesia," kata Luhut.
Sementara di sektor transportasi, Indonesia juga sudah memperkenalkan program insentif dan investasi untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), beserta pengembangan industrinya.
Dimana pada tahun lalu Indonesia baru memiliki dua model mobil Battery Electric Vehicle (BEV), namun kini sudah ada lebih dari 25 model yang diproduksi di Tanah Air.
"Penjualan BEV meningkat lebih dari dua kali lipat. Dari 5.800 unit pada paruh pertama tahun 2023, menjadi 12.200 unit pada paruh pertama tahun 2024," ujarnya.