Posisi Investasi Global RI Turun Jadi US$247,3 Miliar, Sinyal Apa?
- Pixabay
Jakarta, VIVA – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada kuartal II-2024 mencatat kewajiban neto US$247,3 miliar. Nilai ini tercatat turun dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir kuartal I-2024 sebesar US$253,9 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan penurnan kewajban neto tersebut bersumber dari peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) dan penurunan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN).
"Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada kuartal II-2024 mencatat kewajiban neto yang menurun. Pada akhir triwulan II 2024, PII Indonesia mencatat kewajiban neto US$247,3 miliar," ujar Erwin dalam keterangannya Rabu, 4 September 2024.
Erwin menjelaskan, posisi AFLN Indonesia meningkat didorong peningkatan investasi penduduk pada berbagai instrumen finansial luar negeri. Posisi AFLN pada akhir kuartal II-2024 tercatat sebesar US$491,5 miliar, atau naik 1,2 persen (qtq) dari US$485,7 miliar pada akhir kuartal I-2024.Â
"Peningkatan posisi tersebut bersumber dari kenaikan penempatan pada hampir seluruh komponen AFLN, terutama dalam bentuk instrumen utang. Peningkatan posisi AFLN lebih lanjut juga dipengaruhi oleh faktor perubahan lainnya terkait kenaikan harga beberapa aset finansial luar negeri," jelasnya.
Kemudian posisi KFLN Indonesia menurun di tengah tetap solidnya aliran masuk modal asing pada investasi langsung dan investasi portofolio. Posisi KFLN Indonesia pada akhir kuartal II-2024 turun 0,1 persen (qtq) menjadi US$738,7 miliar dari US$739,6 miliar pada akhir kuartal I-2024.Â
Dia menjelaskan, investasi langsung dan investasi portofolio tetap membukukan surplus sebagai cerminan terjaganya optimisme investor terhadap prospek ekonomi domestik, inflasi yang rendah, dan imbal hasil investasi yang menarik.Â
"Perkembangan posisi KFLN lebih lanjut dipengaruhi oleh penurunan nilai instrumen keuangan domestik seiring penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah, dan penurunan harga saham domestik," kata dia.
Dengan demikian, Erwin mengatakan bahwa Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada kuartal II-2024 tetap terjaga, sehingga mendukung ketahanan eksternal. Hal ini tecermin dari rasio PII Indonesia terhadap PDB pada kuartal II-2024 sebesar 18,1 persen, lebih rendah dari 18,4 persen pada kuartal I-2024.Â
Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (92,8 persen) terutama dalam bentuk investasi langsung.Â
"Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek PII Indonesia dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," imbuhnya.