5 Pesawat N-219 Buatan Indonesia Bakal Mengudara di Kongo

Menteri Bappenas Suharso Manoarfa (Doc: Natania Longdong)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Bali, VIVA – Dalam acara High Level Forum on Multistakeholder Partnership (HLF MSP) 2024, tercapai kesepakatan untuk pembelian pesawat N-219 buatan Indonesia yang akan digunakan di Kongo.

Bappenas Tegaskan Pentingnya Tata Kelola Pedesaan Harus Bisa Adaptif

Kesepakatan ini diumumkan oleh Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, setelah melihat penandatanganan kontrak pembelian pesawat tersebut.

“Hari ini saya menyaksikan penandatanganan kontrak untuk lima pesawat N-219, yang akan dibeli oleh perusahaan yang berbasis di Hong Kong (tapi milik Indonesia) dan akan digunakan di Kongo,” kata Suharso pada awak media, di Bali, Selasa, 3 September 2024.

Ekonomi Tumbuh Stagnan 5 Persen, Bappenas: Indonesia Harus Keluar dari Middle Income Trap

Suharso menilai bahwa pembelian ini merupakan langkah positif bagi Indonesia, karena memungkinkan produk dalam negeri untuk dikenal lebih luas di pasar internasional.

“Ini sesuatu yang bagus. Jadi mempromosikan produk-produk kita sendiri di negara-negara seperti Afrika, itu harapannya. Jadi mereka bisa mencarikan pembiayaan sendiri, ucap Suharso.

Pemerintah akan Lanjutkan Fondasi Kuat Pembangunan Nasional Warisan Jokowi

Pesawat N219.

Photo :
  • VIVA/Adi Suparman

Selain itu, Pemerintah Republik Demokratik Kongo juga menunjukkan minat untuk berkolaborasi dengan Indonesia dalam bidang perencanaan pembangunan.

“Yang berikutnya tadi dengan Pemerintah Kongo kami bertemu. Mereka ingin belajar bagaimana Indonesia menyusun perencanaan, bagaimana Indonesia bisa sampai seperti hari ini. Itu mereka mengagumi dan ingin tahu cara menyusun tahapan-tahapan perencanaan itu," beber Suharso.

Pesawat N219 Produk Dalam Negeri ini Bernama Nurtanio

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

Suharso juga menyebutkan bahwa Pemerintah Kongo akan mengirimkan para ahli untuk belajar di Indonesia.

Di sisi lain, Indonesia ingin menjalin kerjasama dalam produksi baterai mobil listrik, mengingat Kongo kaya akan cobalt sementara Indonesia memiliki sumber daya nikel.

“Jadi tadi saya share dan mereka ingin mengirim para ahli ke sini untuk belajar di sini. Saya bilang kita juga ingin belajar juga, karena mereka kaya sekali akan sumber daya alam. Luar biasa mereka punya cobalt yang diperlukan untuk membuat baterai karena kita punya nikel. Jadi kita bisa bisa kerja sama dengan mereka," tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya