BPS Sebut Deflasi Beruntun Mirip Zaman Krismon, BI Pede Inflasi Tetap Terkendali
- Freepik
Jakarta, VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, RI telah mengalami deflasi beruntun sejak Mei 2024 hingga Agustus 2024. Pada Agustus 2024 ini telah terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan atau month to month (mtm).
Fenomena deflasi beruntun sudah beberapa kali terjadi. Salah satunya disinggung BPS terjadi pada krisis moneter atau finansial hingga krisis pandemi COVID-19 yang menyebabkan inflasi beruntun. Kemudian, ada pula di indonesia deflasi 7 bulan berturut-turut pada krisis moneter (Krismon) tepatnya pada 1999.
Merespons hal tersebut, Bank Indonesia optimistis secara tahunan inflasi tercatat relatif stabil sebesar 2,12 persen secara year on year (yoy) dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,13 persen yoy.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter. Pihaknya pun meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen.
"Ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025," ujar Erwin dalam keterangannya Selasa, 3 September 2024.
Erwin menjelaskan, inflasi inti pada Agustus 2024 tercatat sebesar 0,20 persen mtm, atau sedikit lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,18 persen mtm.
Realisasi inflasi inti tersebut disumbang terutama oleh inflasi komoditas kopi bubuk, emas perhiasan, dan biaya sekolah, seiring dengan berlanjutnya peningkatan harga komoditas global khususnya emas dan dimulainya tahun ajaran baru, di tengah ekspektasi inflasi yang tetap terjangkar dalam sasaran.
"Secara tahunan, inflasi inti Agustus 2024 tercatat sebesar 2,02 persen yoy, meningkat dari inflasi inti bulan sebelumnya sebesar 1,95 persen yoy," jelasnya.
Erwin menjelaskan, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 1,24 persen mtm, tidak sedalam dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 1,92 persen mtm.
"Deflasi kelompok volatile food disumbang terutama oleh komoditas bawang merah, daging ayam ras, dan tomat. Penurunan harga komoditas pangan didukung oleh peningkatan pasokan seiring dengan masih berlangsungnya periode panen beberapa komoditas hortikultura," imbuhnya.