Hashim Ingatkan Ratio Revenue 12,7 Persen, RI Kalah dari Kamboja
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Ketua Satgas Perumahan Tim Transisi Prabowo-Gibran, Hashim Djojohadikusumo, menyoroti rendahnya revenue ratio atau rasio penerimaan negara. Hal tersebut disampaikan dalam sambutannya di acara Future of Indonesia Dialogue yang diselenggarakan oleh APEC Business Advisory Council (ABAC) di Jakarta, Sabtu, 31 Agustus 2024.
Dalam sambutan tersebut, Hashim mengungkapkan bahwa revenue ratio Indonesia saat ini berada pada angka 12,7 persen. Angka tersebut, kata dia, merupakan salah satu yang terendah di dunia.
"Revenue ratio itu penerimaan negara termasuk pajak dibandingkan dengan GDP kita. Dan ternyata revenue ratio kita itu termasuk yang paling rendah di dunia. Bukan di Asia Tenggara, di dunia. Coba dipikirkan," ujarnya dalam sambutan tersebut.
Dalam perbandingannya, Hashim menyoroti bahwa Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Pakistan. Namun, jauh tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Kamboja dan Vietnam.Â
"Diramalkan di situ oleh Kementerian Keuangan, revenue ratio kita 12,7 persen konstan selama lima tahun ke depan, 2030. Dan bapak-bapak, hanya satu negara besar yang lebih rendah dari kita itu negara bangkrut, namanya Pakistan. Indonesia di atas sedikit, di atas Pakistan. Tapi Indonesia jauh di bawah dari negara-negara tetangga kita," jelasnya.
"Data dari Bank Dunia, yang saya maksud adalah negara-negara seperti Kamboja, revenue ratio-nya 18 persen, Indonesia 5 persen di bawah Kamboja. Vietnam, negara tetangga kita, revenue ratio 23 persen, berarti 10,3 persen di atas kita," kata Hashim.
Dia menekankan potensi peningkatan yang dapat dicapai jika Indonesia berhasil menaikkan revenue ratio. "Kalau kita bisa seperti Kamboja, kita bisa mendapat setiap tahun Rp1.100 triliun," ujarnya.
Dia menjelaskan, jika Indonesia berhasil memperbaiki penerimaan negara, maka program-program strategis pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Termasuk, pemberian makanan gratis kepada anak-anak di Indonesia.
"82 juta jiwa lebih, Pak Prabowo dan Mas Gibran mau berikan makanan sarapan dan makan siang. Itu perlu anggaran 450 triliun. Kalau kita seperti Kamboja, sudah selesai, dan bahkan ada sisa, ada sisa anggaran," ujarnya.