Awas! DC Pinjol Bisa Kena Sanksi Hukum Bila Lakukan Penagihan Seperti Ini

Ilustrasi debt collector atau mata elang.
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Di balik popularitas pinjaman online atau pinjol yang menawarkan kemudahan dan kecepatan prosesnya, ada risiko yang mengintai. Salah satunya penagihan yang dilakukan oleh debt collector (DC) di lapangan, bila melakukan keterlambatan dalam pembayaran.

Sayangnya, tidak sedikit yang mengalami penagihan kurang etis dan melanggar aturan dari pihak DC. Terkait hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menetapkan aturan yang jelas terkait etika penagihan yang harus dipatuhi oleh semua penyelenggara fintech atau pinjol.

Berdasarkan peraturan OJK, setiap penyelenggara fintech dilarang melakukan penagihan dengan cara-cara intimidasi, kekerasan fisik maupun mental, atau metode lainnya yang menyinggung SARA. DC pinjol juga dilarang merendahkan harkat dan martabat penerima pinjaman, baik secara fisik maupun di dunia maya  seperti cyber bullying.

Lebih lanjut, dalam Surat Edaran OJK 19/2023 disebutkan bahwa penyelenggara pinjaman online tidak diperkenankan menyebarkan seluruh data dan informasi pribadi pengguna kepada pihak lain tanpa izin tertulis. Ini penting untuk melindungi privasi dan keamanan data pengguna yang mungkin menjadi target penagihan oleh pihak ketiga.

DC Pinjol yang Melanggar Bisa Kena Sanksi Hukum?

Dari sisi hukum pidana, tindakan debt collector yang menggunakan kata-kata kasar atau melakukan penagihan secara intimidatif, apalagi jika dilakukan di depan umum, bisa dikenai sanksi pidana. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang lama, penghinaan ringan yang dilakukan dengan sengaja, baik lisan maupun tulisan, dapat dikenai pasal 315 KUHP. Ancaman pidana untuk pasal ini adalah penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak Rp4,5 juta.

Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP baru yang akan berlaku penuh pada tahun 2026, terdapat pasal 436 yang mengatur tentang penghinaan ringan. Sanksi yang diatur adalah pidana penjara paling lama enam bulan atau denda paling banyak kategori II yaitu Rp10 juta.

Adanya ketentuan hukum ini, baik penyelenggara pinjaman online maupun debt collector harus lebih berhati-hati dalam melakukan penagihan. Segala bentuk intimidasi, kekerasan, atau penghinaan bisa berujung pada sanksi pidana.

Di lain sisi, bagi para penerima pinjaman, penting untuk mengetahui hak-hak Anda dan melaporkan segala bentuk penagihan yang melanggar hukum.

Tips Hadapi Debt Collector

Ilustrasi Kredit Online.

Photo :

Berikut ini tips menghadapi debt collector jika sudah terlanjur terjerat pinjaman online:

1. Kenali hak dan kewajiban Anda

Sebelum menghadapi debt collector, pastikan Anda memahami hak-hak Anda sebagai debitur dan kewajiban yang harus dipenuhi. Ini penting agar Anda bisa bertindak dengan percaya diri dan menghindari pelanggaran hak oleh penagih.

OJK Pastikan UMKM yang Utangnya Dihapus karena Masuk Kriteria PP 47/2024 Keluar dari Daftar Hitam SLIK

2. Minta identitas/sertifikasi profesi dan surat kuasa debt collector

Saat berhadapan dengan debt collector, selalu minta identitas resmi dan sertifikasi profesinya, serta surat kuasa yang menunjukkan dia memiliki wewenang untuk menagih utang Anda.

Resmi Jadi Bank Kustodian Syariah, Muamalat Dorong Pengembangan Efek Syariah Dalam Negeri

3. Jelaskan alasan keterlambatan

Jika Anda terlambat membayar, jelaskan secara jujur alasan keterlambatan Anda. Bersikap terbuka bisa membantu membuka jalan untuk penyelesaian yang lebih baik.

15 Pinjaman Online Syariah Terbaik 2024, Aman dan Langsung Cair dalam Hitungan Jam

4. Negosiasi dengan tenang

Saat bernegosiasi, tetap tenang dan jangan terbawa emosi. Usahakan untuk mencari solusi yang saling menguntungkan dan minta penyesuaian pembayaran jika diperlukan.

5. Simpan bukti komunikasi dan jangan takut melapor bila ada pelanggaran

Selalu simpan bukti komunikasi, baik dalam bentuk rekaman, pesan teks, atau email. Jika debt collector melanggar hukum, seperti melakukan intimidasi atau pelecehan, jangan ragu untuk melapor ke pihak berwenang atau OJK.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya