Gen Z dan Milenial Rentan Terjebak Pinjol, Kok Bisa?
- BRINK – News
Jakarta, VIVA – Pinjaman online alias pinjol semakin populer di kalangan generasi muda, terutama Gen Z dan milenial. Kemudahan akses, proses yang cepat, serta persyaratan sederhana membuat banyak orang tertarik menggunakan layanan ini.
Namun, di balik segala kelebihannya, pinjaman online juga menyimpan risiko besar, terutama bagi generasi muda yang masa depannya masih panjang. Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bahwa Gen Z dan milenial sebagai kelompok yang rentan terjerat dalam utang pinjol.
Hal itu sempat disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi & Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi. "Banyak generasi muda yang terjebak pada pinjol karena mengambil utang untuk kebutuhan konsumtif dan keperluan yang tidak bijaksana," ujarnya seperti dikutip dari situs Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat 30 Agustus 2024.
Dia juga menyebut beberapa faktor lain yang membuat generasi muda rentan terhadap risiko pinjol. Apa saja?
Alasan Gen Z dan Milenial Rentan Terjebak Pinjol
1. Gaya Hidup Konsumtif
Gen Z dan milenial cenderung memiliki gaya hidup konsumtif, di mana mereka lebih memilih pengalaman dan barang-barang material daripada menabung untuk masa depan. Keinginan untuk memiliki barang-barang dan mengikuti tren, membuat generasi muda lebih mudah tergoda untuk mengambil pinjaman demi memenuhi gaya hidup tersebut.
2. FOMO (Fear of Missing Out)
FOMO atau rasa takut ketinggalan, juga menjadi faktor pendorong utama. Gen Z dan milenial sering merasa tertekan untuk mengikuti apa yang dilakukan teman-teman mereka atau tren terkini. Hal ini sering membuat mereka mengambil keputusan keuangan yang tidak bijak, seperti menggunakan pinjaman online untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
3. Menerapkan Prinsip YOLO (You Only Live Once)
Prinsip YOLO (You Only Live Once) atau hidup hanya sekali, seringkali menjadi alasan di balik keputusan impulsif yang diambil oleh generasi muda. Mereka mungkin berpikir bahwa meminjam uang untuk bersenang-senang sekarang tidak akan berdampak besar pada masa depan. Padahal, tanpa perencanaan yang matang, pinjaman tersebut dapat menjadi beban yang menghantui mereka di kemudian hari.
4. Literasi Keuangan Rendah
Rendahnya literasi keuangan juga menjadi masalah besar. Banyak Gen Z dan milenial yang belum memahami betul cara mengelola keuangan, apalagi konsekuensi dari berutang melalui pinjaman online.
Hasil survei literasi dan inklusi keuangan (SNLIK) 2024 memperlihatkan bahwa kelompok umur 26-35 tahun memiliki indeks literasi keuangan komposit, konvesional dan syariah, masing-masing 74,82 persen, 74,47 persen, dan 50,32 persen. Sementara itu untuk kelompok usia 15-17 tahun, indeks literasi keuangan komposit, konvensional, dan syariah berada di angka 51,70 persen, 51,50 persen dan 25,54 persen.