Pemerintah Fokus Pengadaan Alat Pertahanan dan Keamanan Industri Dalam Negeri
- Istimewa
Jakarta, VIVA - Deputi Bidang Polhukam Bappenas RI, Bogat Wdiyatmoko mengatakan pemerintah memfokuskan pengadaan alat pertahanan dan keamanan (alpahankam) dengan mempersiapkan anggaran industri pertahanan dalam negeri. Apalagi, kata dia, pengadaan alat pertahanan dan keamanan menjadi satu program prioritas Presiden RI periode 2025-2029.
“Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 dan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, telah menyusun sejumlah pedoman dan strategi untuk memperkuat industri pertahanan dalam negeri," kata Bogat melalui keterangannya pada Kamis, 29 Agustus 2024.
Menurut dia, Indonesia berada di peringkat 25 sebagai negara paling banyak impor alat utama sistem senjata (alutsista). Terbanyak buatan Amerika Serikat, Prancis dan Korea Selatan. Dengan begitu, kata dia, Indonesia harus memperkuat industri pertahanan dalam negeri untuk menjaga keamanan dan kedaulatan NKRI guna mengantisipasi dinamika geopolitik dunia yang bergerak cepat.
"Indonesia berada di 25 besar negara yang paling banyak impor senjata. Tapi, Indonesia bukan termasuk pembeli terbesar bagi Amerika Serikat dan Perancis. Saat ini mengedepankan alat pertahanan dalam negeri perlu ditingkatkan dalam menjaga keamanan negara di tengah geopolitik dunia yang memanas," jelas dia.
Untuk itu, ia meminta BUMN sektor pertahanan agar lebih banyak memproduksi alutsista. Sebab, kata dia, BUMN sektor pertahanan memiliki pendapatan yang sudah naik. “Kita minta BUMN industri pertahanan bisa meningkatkan produksi senjata maupun alutsista,” ujarnya.
Global Sales and Marketing Ammunition KNDS, Patrick Lier menilai persenjataan Indonesia saat ini sudah sangat maju, karena berkat kerja sama Prancis dan Indonesia dalam memajukan alutsista. Kata dia, KNDS telah kerja sama dengan BUMN industri pertahanan seperti PT Pindad karena merupakan mitra penting untuk mengembangkan sistem persenjataan darat.
"Kami sudah membantu Indonesia dalam industri senjata untuk membangun persenjataan yang lebih canggih. Apalagi, Indonesia sudah sangat maju untuk alutsista dalam negeri. Kerja sama utama yakni artileri, amunisi dan kendaraan tempur. Untuk itu, kerja sama ini menjadikan adanya win win solution yang didapatkan Indonesia dan Prancis,” ungkapnya.
Sementara KNDS Representative Officer di Indonesia, Thomas Gerard mengungkap pihaknya memiliki hubungan jangka panjang dengan Kementerian Pertahanan dan TNI sejak 40 tahun lalu dalam berbagai kerja sama di Indonesia. Bahkan, kata dia, belum lama ini memutuskan untuk melakukan akselerasi dan memperkuat kerja sama industri dengan industri pertahanan Indonesia.
“Kami sangat senang dengan tingkat keahlian mitra industri kami di Indonesia. Dan kami bersedia untuk memberikan lebih banyak teknologi, pengetahuan, dan juga manufaktur ke Indonesia,” kata Thomas.