Menko Airlangga: Pertumbuhan Sektor Ritel Ditopang Konsumsi Kelas Menengah

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, di acara 'Indonesia Retail Summit 2024', di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Rabu, 28 Agustus 2024
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut, tingginya pertumbuhan sektor ritel di Tanah Air yang mencapai 12 persen per tahunnya. Itu disebut tidak terlepas dari peran kelas menengah Indonesia yang turut menjadi konsumen bagi sektor tersebut.

"Karena kelas menengah kita ini jumlahnya cukup besar, yang jumlahnya mencapai 164 juta orang," kata Airlangga di acara 'Indonesia Retail Summit 2024', di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Rabu, 28 Agustus 2024.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Dengan demikian, Airlangga memastikan bahwa pemerintah akan menjaga agar kelas menengah ini bisa terus tumbuh di Indonesia, sebagai salah satu kelompok penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sejumlah upaya pun dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya melalui berbagai program yang satunya yakni terkait dengan sektor kesehatan sebagai fokus utamanya.

Antara lain melalui Program Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK), sebagai inisiatif pemerintah memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat peserta BPJS Kesehatan. Apalagi, Airlangga memastikan bahwa cakupan (coverage) BPJS Kesehatan di Indonesia merupakan salah satu yang terlengkap, dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia termasuk Amerika Serikat (AS).

"Jadi itu yang mendukung kelas menengah agar mempunyai daya beli. Karena kalau pemerintah taking care sektor kesehatan, kelas menengah sehat, dia bisa kerja sehingga bisa spending. Nah, itu yang paling penting," ujarnya.

Dengan contoh demikian, Airlangga pun meminta para pengusaha khususnya di sektor ritel, untuk merangkul dan mendukung para UMKM lokal agar juga bisa berkontribusi terhadap sektor ritel nasional.

Tujuannya yakni untuk menghindari terjadinya The Chilean Paradox (Paradoks Chili), sehingga baik kelas menengah maupun masyarakat miskin di Indonesia bisa benar-benar merasakan keadilan dalam hal kesempatan mendapatkan akses kesejahteraan dari pemerintah.

Cadangan Devisa Naik Rp 74 Triliun, Bukti Ekonomi Bergerak meski Deflasi 5 Bulan Beruntun

"Jadi harus ada keberpihakan alokasi juga untuk para UMKM ini. Karena dalam situasi nasional, kita tidak ingin terjadi yang namanya Chilean Paradox dimana kekayaan bertumpuk di (kalangan) atas, banyak landlord dan yang lain, tapi kelas menengahnya tipis," kata Airlangga.

"Alhamdulillah Indonesia punya kelas menengah yang tebal. Dan karena itu, pemerintah dengan berbagai program berupaya menghindari hal tersebut (Chilean Paradox). Ini merupakan program-program bantalan yang dilakukan oleh pemerintah, agar setiap masyarakat punya akses (terhadap ekonomi), bisa saving, untuk menjaga daya beli," ujarnya.

Bursa Asia Perkasa di Tengah Memanasnya Konflik Timur Tengah
Membahas Permasalahan Kelas Menengah di Jakarta

Membahas Permasalahan Kelas Menengah di Jakarta

Salah satu isu yang menjadi pokok diskusi adalah penetrasi transportasi massal Transjakarta yang menjadi andalan 1,3 juta warga Jakarta untuk mobilisasi.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024