BTN dan Muhammadiyah Makin Akrab Kembangkan Keuangan Syariah, KNEKS Doakan Semoga Berjodoh
- dokumentasi BTN.
Jakarta, VIVA – Penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Muhammadiyah dengan unit usaha syariah BTN, telah dilakukan di Yogyakarta. Kedua pihak saling menaruh harap tentang keberlanjutan kolaborasi ke arah kemitraan yang lebih strategis lagi.
Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu mengapresiasi peran historis lembaga atau amal usaha Muhammadiyah dalam menggerakkan ekonomi, khususnya syariah. Hal itu dinilai dilakukan tidak lain guna mengentaskan kemiskinan dan mensejahterakan warganya.
“Muhammadiyah terbukti memainkan peran sangat penting dalam penerapan prinsip ekonomi syariah di negeri ini. Muhammadiyah melalui lembaga amal dan ekosistem ekonominya juga terus berikhtiar mengikis kesenjangan sosial. Kami mengagumi konsistensi mereka,” kata Nixon dalam pernyataan tertulis setelah pertemuan Yogya. dikutip Jumat, 23 Agustus 2024.
Sementara Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir berharap besar bahwa lembaga keuangan untuk mengimplementasikan Teologi Al Maun. Hal itu sebagaimana digagas Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, yang terus diamalkan oleh puluhan juta pengikutnya hingga saat ini.
Teologi yang bersumber dari Surah Alquran ke 107 inilah yang menjadi salah satu filosofi Muhammadiyah dalam menjalankan amaliyah nya sebagai lembaga kemasyarakatan.
“Ekonomi dan keuangan syariah dalam teologi Al Maun harus mampu hadir secara nyata dan makin baik untuk mengangkat harkat, martabat, dan kemajuan UMKM dan memecahkan masalah kemiskinan, kesenjangan sosial, dan problem-problem ekonomi yang sehari-hari dihadapi umat dan masyarakat luas,” kata Haedar.
Surah Al Maun menjabarkan tentang orang orang yang mendustakan agama. Yakni mereka yang suka menghardik anak yatim dan tidak memberi makan fakir miskin. Surah ini juga memberikan teguran kepada mereka yang rajin beribadah tapi suka pamer (riya) dan tidak suka menolong sesama.
Dia menjelaskan, oleh Kyai Ahmad Dahlan dan para pengikutnya, intisari Surah Al Maun ini dijadikan inspirasi dan pijakan dalam memberdayakan masyarakat lemah, mengentaskan kemiskinan, menghidupi kaum Dhuafa dan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pendidikan serta kesehatan.
“Membangkitkan ekonomi dan keuangan syariah merupakan ikhtiar yang mulia dan mesti didasari langkah-langkah strategis dan praktis untuk membumikan ekonomi dan keuangan syariah agar mampu hadir menjadi alternatif dari kegiatan ekonomi dan keuangan di Indonesia,” kata Haedar.
Sementara itu, Sutan Emir Hidayat, Direktur Komite Nasional dan Keuangan Syariah (KNEKS) memandang kolaborasi antara BTN dan Muhammadiyah sebagai awal kongsi strategis kedua nya di masa depan.
“Mungkin ini yang disebut sebagai takdir, qadarullah. BTN lagi patah hati karena tidak jadi menikah dengan Bank Muamalat. Lalu, di perjalanan mereka bertemu Muhammadiyah yang ingin comeback ke industri perbankan syariah. Kita doakan saja semoga berjodoh,” katanya kepada sejumlah media setelah acara diskusi Peluang dan Tantangan Konsolidasi Industri Perbankan Syariah di Jakarta.
Menurut Emir, ini bisa menjadi momentum terbaik untuk kedua nya. Di satu sisi, Muhammadiyah ingin memiliki bank syariah sendiri untuk menjalankan visi besar para pendirinya dalam memberdayakan ekonomi umat sebagaimana diajarkan dalam Teologi Al Maun.
“Akan tetapi mereka tidak mungkin menjalankan sendiri mengingat pengalaman pahit masa lalu di Bank Persyarikatan (kini KB Syariah). Maka itu, Muhammadiyah butuh partner strategis untuk me running bank secara lebih profesional, menjalankan prinsip GCG berstandar tinggi, prudent dan ditopang oleh permodalan yang kuat. Yang memenuhi berbagai kriteria tersebut ya financial institution, terutama perbankan,” katanya.
Di sisi lain, lanjut Sutan Emir, BTN memikul harapan banyak pihak mengenai peran BTN Syariah hasil spin off dapat menjadi penyeimbang Bank Syariah Indonesia (BSI) di industri perbankan syariah tanah air. Mengutip pernyataan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, BSI perlu lawan tanding yang seimbang agar industri perbankan syariah dapat tumbuh lebih cepat dan lebih kuat.
Pada titik ini, kata Emir, BTN sangat wajar punya harapan bisa berkongsi dengan Muhammadiyah untuk ikut merawat dan membesarkan BTN Syariah hasil spin off melalui kepemilikan bersama.
“Ini ibarat tutup ketemu botol, sudah pas dan bertemu di waktu yang tepat. Keduanya akan saling melengkapi dan saling memberi nilai tambah. BTN Syariah bisa mengoptimalkan ekosistem Muhammadiyah untuk tumbuh secara cepat, sebaliknya Muhammadiyah bisa menjadikan BTN Syariah sebagai ajang comeback sekaligus mengamalkan Teologi Al Maun,” katanya.