ESDM Setujui Rencana Pengembangan 3 Wilayah Kerja Hulu Migas Senilai Rp 280 Triliun
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyetujui rencana pengembangan atau plan of development (POD) tiga wilayah kerja (WK) hulu migas. Ketiganya yakni Lapangan Pertama Geng North Wilayah Kerja (WK) North Ganal, Lapangan Gehem WK Ganal, serta WK Rapak (North Hub Development Project Selat Makassar).
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro mengatakan, sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor hulu migas, maka persetujuan rencana pengembangan WK-WK tersebut merupakan kado terbaik pada perayaan HUT ke-79 Republik Indonesia.Â
"Ini juga menjadi milestone penting bagi industri hulu migas, guna memantapkan perannya sebagai kontributor utama dalam mendukung pencapaian ketahanan energi demi mencapai Indonesia Maju di tahun 2045," kata Hudi dalam keterangannya, Jumat, 23 Agustus 2024.
Dia mengakui, pemberian persetujuan POD pada proyek PSN Hulu Migas tersebut terhitung cepat. Karena sejak penemuan giant discovery Geng North di Oktober 2023, hanya dalam waktu 10 pun bulan POD-nya pun sudah disetujui.
"Ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan produksi migas dan implementasi salah satu strategi yaitu mengkonversi sumber daya (resource) ke produksi," ujarnya.
Dia menegaskan, upaya-upaya percepatan yang dilakukan oleh SKK Migas dalam penyelesaian POD itu, merupakan pelaksanaan arahan dari Presiden Jokowi. Yakni untuk terus melakukan reformasi birokrasi, salah satunya dengan mempercepat proses di industri hulu migas.
“Persetujuan POD ketiga lapangan ini diharapkan dapat semakin meningkatkan gairah investasi di sektor hulu migas. Karena Pemerintah dan SKK Migas terus melakukan upaya-upaya untuk dapat meningkatkan daya saing investasi industri hulu migas di Indonesia," kata Hudi.
Sebagai informasi, dengan persetujuan POD ini, maka diperkirakan akan ada investasi raksasa yang bakal masuk ke Indonesia, dengan perkiraan biaya investasi sebesar US$ 11.847 juta (di luar sunk cost). Hal itu seiring biaya operasi (termasuk biaya ASR, PPN dan PBB) sebesar US$ 5.643 juta, dimana total keseluruhan investasinya mencapai sebesar US$ 17.490 juta atau sekitar Rp 280 triliun (asumsi kurs Rp 16.000 per US$).