Investor Beralih ke Energi Hijau, ESDM Ingatkan Pengusaha Batu Bara Inovasi ke Renewable Energy

[dok. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2024]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi menegaskan, pihaknya akan terus mendorong pengusaha batu bara untuk memperbaharui bisnisnya, dan beralih ke bisnis di sektor energi hijau.

Kantongi Izin PUPR Bangun PLTS di Bendungan, ESDM Siap Dongkrak Listrik hingga 14 GW

Sebab menurutnya saat ini para investor umumnya juga lebih berorientasi untuk menanamkan modalnya ke sektor energi hijau tersebut.

Dari data Asian and Pacific Economic Review (APER) di kawasan ASEAN, Eniya menyebut bahwa angka investasi hijau saat ini lebih tinggi 70 persen dibandingkan investasi di bidang energi fosil. 

Mengenal Investasi Kripto dan Risiko Cyber Security yang Mengintai

"Sekarang ini investasi yang ke fosil di seluruh Asia Pasifik itu sudah lebih kecil daripada investasi ke renewable, ini angka akurat. Kalau investasi ke yang kotor-kotor itu ibaratnya 1, ini yang ke renewable sudah 1,7. Berarti naik 70 persen. Itu di Asia Pasifik," kata Eniya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2024.

Dengan data tersebut, Eniya berharap bahwa para pengusaha batu bara juga mau berinovasi untuk memproduksi gas, misalnya melalui program gasifikasi batu bara alias dimetil ether (DME).

Mangkrak 6 Tahun, Pabrik Lotte Chemical Indonesia Mulai Produksi Maret 2025

"Sebab kalau mereka bisa menghasilkan gas dari batu bara, mau ke DME, hidrogen, atau apapun, bahkan melakukan carbon capture dan sebagainya, perusahaan dia kan menjadi green," ujarnya.

Ilustrasi energi hijau atau green energy.

Photo :
  • indoenergi.com

Dia juga mengingatkan, dalam konteks Rencana Umum Kelistrikan Negara (RUKN), konsumsi batu bara bakal terus menipis hingga PLTU batu bara ditutup pada 2050 mendatang. Hal itu seiring mulai terjangkaunya carbon capture, yang diperkirakan akan terjadi pada sekitar tahun 2040 kelak.

"Kita sudah enggak bisa lagi terus menerus mengeluarkan emisi. Nanti image internasional terhadap investasi juga kurang kan, akhirnya investasi enggak lari ke kita," kata Eniya.

Ilustrasi emisi karbon.

Photo :
  • Pixabay

Menurutnya, dengan beralih ke gasifikasi batu bara, secara bisnis hal itu tidak akan merugikan. Sebab, lambat laun seluruh dunia nantinya dipastikan juga bakal beralih ke pemakaian energi hijau.   

"Gasifikasi itu pemakaiannya di gas, karena kita kan juga bergerak ke arah low carbon. Kalau saya melihatnya gas pasti diserap. Karena masa transisi kita itu pakai gas dulu, baru lambat laun ke baterai. Kita pun akan begitu, jadi gas itu pasti," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya