AZEC 2024, Menteri Rosan Tegaskan Aksi Nyata Dekarbonasi Percepat Transisi Energi
- Istimewa.
Jakarta, VIVA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyerukan tindakan nyata dalam dekarbonisasi untuk mempercepat transisi energi. Hal itu merupakan kunci dalam mencapai Net Zero Emission global atau netralitas karbon.
Penegasan tersebut disampaikan Rosan saat menghadiri the 2nd Asia Zero Emmision Community (AZEC) Ministerial Meeting yang diadakan di Jakarta pada Rabu, 21 Agustus 2024. Rosan secara tegas menyoroti pentingnya kolaborasi untuk meningkatkan investasi dalam proyek energi terbarukan, menciptakan lapangan kerja hijau, dan memperkuat rantai pasokan energi.
”Selain upaya kolaboratif tersebut, AZEC juga harus berfungsi sebagai katalis untuk transfer teknologi dan pengembangan kapasitas dalam teknologi dekarbonisasi, tidak hanya di negara-negara mitra AZEC, tetapi juga di seluruh wilayah yang lebih luas,” jelas Rosan.
Dalam kesempatan tersebut, Rosan Roeslani juga hadir dalam penandatanganan Memorandum of Cooperation (MoC) antara Indonesia dan Jepang dalam sektor energi bersama Menteri Energi, Perdagangan dan Industri (METI), Ken Saito.
Ia menyambut baik penandatanganan MoC ini dan memastikan bahwa pemerintah Indonesia akan berpartisipasi secara aktif dengan METI dan AZEC dalam mempromosikan Tenaga Listik Nol Emisi
“Indonesia juga menyambut baik dan berharap untuk berpartisipasi aktif dalam inisiatif baru dari METI, yaitu Inisiatif AZEC untuk mempromosikan Tenaga Listrik Nol Emisi, Inisiatif AZEC untuk menciptakan Pasar Bahan Bakar Berkelanjutan, dan Inisiatif AZEC untuk membangun Industri Generasi Berikutnya,” ungkap Rosan.
Seiring dengan penandatanganan MoC tersebut, Rosan juga menegaskan pentingnya untuk mengatasi perubahan iklim sekaligus memastikan energi tetap aman. Melalui berbagai jalur untuk mempercepat transisi energi dan mengurangi emisi karbon secara efektif.
”Saya ingin menegaskan kembali konsensus AZEC terkait beberapa program antara lain, mempromosikan efisiensi dan teknologi konversi energi, meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, pengembangan hulu gas bumi dan LNG, mengembangkan CCUS(Carbon Capture, Utilization, and Storage)/Daur Ulang Karbon, energi alternatif, serta mengembangkan rantai pasokan global untuk bahan-bahan penting seperti litium, nikel, dan critical minerals,” jelas Rosan.
Bersama dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartanto, Rosan juga menjelaskan progres transisi energi yang telah dilakukan Indonesia sebagai upaya mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. Salah satu bentuk implementasi hal tersebut adalah pembuatan Net Zero Emmision Roadmap. Komitmen Indonesia yang meningkatkan Nationally Determined Contributions (NDCs) atau target pengurangan emisi menjadi 32 persen pada 2030 pun ditekankan.
Untuk mencapai target pengurangan emisi tersebut, pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai hal seperti interkoneksi infrastruktur listrik, pipa gas, eksplorasi gas alam secara masif dan pengurangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) secara bertahap.
Di samping itu, pemerintah juga terus mengembangkan ekosistem kendaraan listrik secara masif, mempersiapkan pilot project dari Carbon Capture and Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) yang ditargetkan akan rampung pada 2030 dan mengintegrasikan akses energi kepada masyarakat lokal dengan tetap menjaga stabilitas dan keamanan sistem.
“Izinkan saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kerja sama yang luar biasa kepada Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, serta para stakeholder termasuk dari media yang telah memberikan kontribusi konstruktif dan bermakna dalam menyukseskan AZEC Ministrial Meeting ke-2 ini,” tutur Rosan.