Bos BI: Penguatan Rupiah Mendukung Turunnya Harga Pangan

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan penguatan rupiah menjadi angin segar bagi masyarakat Indonesia. Sebab, perkasanya mata uang garuda ini membuat harga pangan lebih murah.

Bank Indonesia Catat Uang Beredar di Oktober 2024 Capai Rp 9.078,6 Triliun

Perry mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah inididukung oleh bauran kebijakan moneter BI, meningkatnya aliran masuk modal asing, dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global. 

“Penguatan rupiah baik bagi ekonomi, mendukung harga yang lebih rendah termasuk harga pangan dan inflasi,” kata Perry dalam konferensi pers Rabu, 21 Agustus 2024.

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) di Juli 2024 menunjukkan deflasi sebesar 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara secara tahunan, menunjukkan inflasi hingga 2,13 persen.

Harga komoditas pangan stabil

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Bursa Asia Meriah, Kebahagiaan Investor atas Data Inflasi Jepang Jadi Pendorong

Perry melanjutkan, penguatan rupiah juga berdampak positif untuk industri tekstil hingga manufaktur. Kedua sektor tersebut diproyeksi akan membuka lapangan kerja.

“Penguatan rupiah juga mendukung sektor yang punya kandungan impor tinggi dan banyak sektor itu menciptakan lapangan kerja. Contohnya industri tekstil, industri manufaktur,” jelasnya.

Perry melanjutkan, nilai tukar rupiah pada Agustus 2024 atau hingga 20 Agustus 2024 menguat di Rp 15.430 per dolar AS. Nilai itu menguat 5,34 persen dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2024. 

Menurutnya, penguatan ini lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti baht Thailand, yen Jepang, peso Filipina, dan won Korea, yang hanya sebesar 4,22 persen, 3,25 persen, 3,20 persen, dan 3,04 persen.

"Dengan perkembangan tersebut, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, tingkat depresiasi rupiah lebih kecil dari depresiasi Rupee India, Peso Filipina, dan Won Korea," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya