IHSG Kembali Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa, Tembus Level 7.554
- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Jakarta, VIVA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali ditutup dengan menembus rekor tertinggi sepanjang masa alias all-time high (ATH) pada perdagangan Rabu, 21 Agustus 2024. IHSG tercatat menguat 0,27 persen atau 20,68 poin ke level 7.554,59.
Rekor penutupan IHSG tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) sebelumnya juga terjadi pada perdagangan kemarin, Selasa, 20 Agustus 2024, yakni di level 7.533,9.
Pantauan VIVA di RTI usai penutupan perdagangan Rabu, 21 Agustus 2024, IHSG diperjualbelikan di rentang 7.543 sampai dengan 7.594.
Tercatat ada sebanyak 268 saham yang bergerak menguat, 295 saham melemah, dan 231 saham bergerak di tempat.
Pencatatan rekor ATH IHSG ini terjadi usai Bank Indonesia (BI) mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 6,25 persen, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 7 persen.
Terkait hal itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim, sebelumnya telah menjelaskan bahwa kemungkinan besar BI akan mempertahankan suku bunganya sebagaimana yang benar-benar diumumkan oleh BI hari ini.
Namun, Ibrahim mengatakan bahwa para pelaku pasar masih tetap menanti bagaimana sikap BI, perihal kemungkinan bahwa The Fed akan memangkas Fed Fund Rate pada September 2024 mendatang.
"Yang sedang ditunggu oleh pasar yakni apakah di bulan September BI juga akan menurunkan suku bunga?" kata Ibrahim kepada VIVA Bisnis, dikutip Rabu, 21 Agustus 2024.
Dia mengatakan, apabila The Fed jadi menurunkan suku bunga 110 basis point (bps) di September mendatang, maka ada kemungkinan BI juga akan menurunkan suku bunga hingga sebesar 75-100 bps hingga Desember 2024 mendatang
Sementara dari sisi eskternal, Ibrahim menjelaskan bahwa The Fed akan melakukan pertemuan pada akhir pekan ini, guna membahas tentang suku bunga acuannya. Dimana, pelaku pasar telah memperkirakan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga hingga 50 BPS pada September 2024 mendatang.
Menurutnya, hal ini menandakan bahwa perekonomian di AS tidak mempunyai satu masalah yang pasti, karena yang ditakutkan oleh pasar adalah perlambatan ekonomi.
Sehingga, penurunan suku bunga yang akan terjadi di bulan September ini telah membuat saham-saham teknologi kelas berat mengalami kenaikan dan berdampak positif terhadap harga-harga yang lainnya
"Sehingga, wajarlah kalau indeks harga saham gabungan kembali menguat tajam kemudian rupiah pun juga menguat cukup tajam," ujarnya.