BI Pede Rupiah Makin Perkasa, Sejumlah Faktor Penguat Dibeberkan

Uang dolar AS dan rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.

Jakarta, VIVA – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, nilai tukar rupiah akan cenderung menguat ke depannya. Penguatan ini dipicu oleh masuknya investasi portofolio hingga baiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia.

Rupiah Melemah Dipicu Kekhawatiran Perang di Ukraina dan Timur Tengah

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan saat ini memang dolar AS tengah mengalami pelemahan terhadap berbagai mata uang dunia. Hal ini dipengaruhi oleh Federal Funds Rate (FFR) dan kondisi Pemilu di AS.

"Jadi preferensi kami, dan secara fundamental rupiah masih akan cenderung menguat. Kenapa? terus masuknya investasi portofolio, yang semula SRBI sekarang lebih banyak SBN dan juga saham," ujar Perry dalam konferensi pers Rabu, 21 Agustus 2024.

Dibuka Menghijau, IHSG Berpotensi Lanjut Menguat Terdorong Kenaikan Bursa Asia

Ilustrasi uang rupiah

Photo :
  • ANTARA

Selain itu, menguatnya rupiah ini dipengaruhi oleh kondisi fundamental Indonesia, yang mana inflasi rendah dan pertumbuhan relatif tinggi. Kemudian defisit transaksi berjalan rendah, dan komitmen BI untuk membawa rupiah menguat.

Bursa Asia Kinclong Seiring Indeks Australia Cetak Rekor, Investor Nantikan Sederet Data Ekonomi

"Fokus kami adalah penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah, karena penguatan rupiah  baik untuk ekonomi Indonesia," imbuhnya.

Perry melanjutkan, nilai tukar rupiah pada Agustus 2024 atau hingga 20 Agustus 2024 menguat di Rp 15.430 per dolar AS. Nilai itu menguat 5,34 persen dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2024. 

Ilustrasi hegemoni dolar AS

Photo :
  • vstory

Menurutnya, penguatan ini lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti baht Thailand, yen Jepang, peso Filipina, dan won Korea, yang hanya sebesar 4,22 persen, 3,25 persen, 3,20 persen, dan 3,04 persen.

"Dengan perkembangan tersebut, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, tingkat depresiasi rupiah lebih kecil dari depresiasi Rupee India, Peso Filipina, dan Won Korea," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya