SKK Migas: Temuan Gas di South Andaman dan Geng North Dongkrak Minat Investor
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan, penemuan sumber daya gas bumi di South Andaman dan Geng North meningkatkan minat investor global. Penemuan ini juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki hampir separuh dari cadangan gas bumi di Asia Tenggara.
"Penemuan ini meningkatkan minat investor global, untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi," kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro, dalam keterangannya, Selasa, 20 Agustus 2024.
Hudi mengatakan bahwa SKK Migas akan terus mendorong agar monetisasi proyek-proyek yang telah dan akan berjalan, dapat segera terwujud.
"SKK Migas dan seluruh KKKS terus bekerja sama mengembangkan potensi migas di Indonesia, untuk memperkokoh peran industri hulu migas sebagai salah satu pilar ketahanan energi,” ujar Hudi.
Data SKK Migas mencatat, peningkatan realisasi produksi migas hingga 15 Agustus 2024 mencapai 1.873 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD), atau meningkat sekitar 3,4 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2023 (1.811 ribu BOEPD).
Secara bulanan, hingga pertengahan Agustus 2024 produksi minyak dan gas mencapai 1.860 ribu BOEPD atau naik sekitar 3,5 persen dibandingkan pada data bulanan yang sama (1.797 ribu BOEPD). Karenanya, lanjut Hudi, SKK Migas optimistis bahwa proyek-proyek hulu migas yang selesai di tahun ini, akan memberikan penambahan produksi minyak dan gas secara signifikan.
"Selain dengan menemukan sumber-sumber baru, kami juga terus mengoptimalkan sumber-sumber yang telah beroperasi," ujarnya.
Senada, Country Head Indonesia Rystad Energy, Sofwan Hadi mengatakan, dukungan berbagai pihak terhadap potensi sumber daya ini bersifat mendesak, agar Indonesia tidak kehilangan momentum dalam mencapai ketahanan energi nasional. Menurutnya, salah satu tantangannya adalah dukungan untuk memonetisasi potensi sumber daya tersebut.
"Kondisinya adalah, peluang ada, potensi sangat besar, tetapi bagaimana proyek ini bisa berjalan sehingga dapat meyakinkan investor global. Itu yang harus menjadi prioritas saat ini," kata Sofwan.
Dia mengatakan, salah satu dukungan utama yang mendesak dilakukan adalah menciptakan kebijakan fiskal yang tepat, termasuk insentif dan tax regime yang bisa memastikan keekonomian proyek migas ke depan. Serta, adanya tawaran keleluasaan bagi para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), terkait pilihan production sharing contract (PSC) antara gross split atau kembali ke cost recovery.
"Ini bisa menjadi pilihan yang bagus untuk KKKS karena karakteristik setiap wilayah kerja berbeda dan membutuhkan PSC yang berbeda. Selain itu, insentif berdasarkan waktu (time-based incentive) juga bisa mendorong percepatan monetisasi proyek," ujarnya.