SKK Migas: Industri Hulu Migas Sumbang Rp 5.045 Triliun ke Kas Negara dalam 2 Dekade

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas.
Sumber :
  • VIVA/Andry Daud

Jakarta, VIVA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan, selama dua dekade terakhir industri hulu migas telah menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak. Total kontribusinya dalam periode itu mencapai sebesar Rp 5.045 triliun.

Pemerintah Kantongi Rp 27,85 Triliun dari Pajak Digital hingga Agustus 2024

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro mengatakan, upaya pihaknya untuk terus mencari dan mengembangkan cadangan migas baru. Kini, SKK Migas telah berhasil mempertahankan Reserve Replacement Ratio (RRR) di atas 100 persen selama enam tahun berturut-turut.

"Kita juga telah menyelesaikan proyek-proyek besar seperti Lapangan Jangkrik, Lapangan Jambaran Tiung Biru, dan Tangguh Train 3," kata Hudi dalam keterangannya, Senin, 19 Agustus 2024.

Wamen Thomas Buka-bukaan Strategi Kejar Target Penerimaan Negara Rp 2.189,3 T pada 2025

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

"Bahkan sejak tahun 2012, pasokan gas untuk kebutuhan domestik telah melebihi ekspor, yang merupakan bagian dari upaya kita memperkuat ketahanan energi nasional," ujarnya.

Temukan Sumber Daya Migas Baru, Simak Jurus PHE Kembangkan Strategi Eksplorasi

Industri hulu migas (ilustrasi)

Photo :
  • Dok. PHE

Dia menambahkan, kegiatan usaha hulu migas seperti pengeboran dan eksekusi proyek, juga turut menciptakan efek multiplier yang signifikan. Antara lain melalui penerapan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang mencapai 58 persen, dari total belanja dan penyediaan lapangan kerja untuk 150 ribu pekerja.

Bahkan dalam peringatan HUT RI ke 79 ini, Hudi menegaskan bahwa industri hulu migas juga telah memberikan sumbangsih nyata bagi bangsa dan negara. Yakni melalui kesuksesan kinerja eksplorasi dengan temuan eksplorasi di Geng North, Layaran, dan Tangkulo.

"Hal itu telah menempatkan Indonesia pada posisi teratas temuan eksplorasi di Asia Tenggara dalam dua tahun terakhir. Temuan ini membuktikan bahwa potensi subsurface Indonesia masih sangat menjanjikan," kata Hudi.

Kemudian, ada juga upaya peningkatan produksi minyak melalui produksi dari Banyu Urip Infill Clastic atau BUIC. Sumur B-13 yang merupakan sumur pertama dari proyek ini bahkan telah memproduksi minyak pada tanggal 9 Agustus 2024 lalu.

Bahkan, lanjut Hudi, beberapa hari lalu telah dilakukan juga pengapalan ke-1.000 minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip, dengan harapan bahwa 6 sumur berikutnya dari Proyek BUIC juga akan segera menyusul.

"Sehingga kontribusi proyek ini untuk semakin mengangkat profil produksi minyak nasional dapat terwujud," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya