Ekonomi RI Dipatok 5,2 Persen di 2025, Sri Mulyani Sarankan Prabowo Tetap Pacu Hilirisasi
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVAĀ āĀ Menteri Keuangan, Sri Mulyani berharapĀ pemerintahan Prabowo tetap akan memacu program hilirisasi komoditas mineral guna mendongkrak ekspor RI secara nasional. Hal ini untuk mendukungĀ pertumbuhan ekonomi nasional hingga 5,2 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
Target tersebut diketahui naikĀ dari level 5,1 persen sebagaimana diperkirakan dalam outlook pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2024 mendatang.
"Sehingga ekspor harus didukung melalui hilirisasi, untuk memposisikan Indonesia dalam tren dunia dan dalam rantai nilai strategis global. Meskipun memang harus diakui bahwa masih banyak pekerjaan rumah dalam program hilirisasi Indonesia," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers RAPBN 2025, di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2024.
Upaya meningkatkan ekspor di luar program hilirisasi itu, menurutnya juga bisa dilakukan melalui diversifikasi produk dan pasar ekspor. Sri MulyaniĀ juga menyatakan bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen dalam RAPBN 2025 itu, antara lain bisa diraih melalui konsumsi rumah tangga yang ditargetkan tumbuh 5 persen atau sekitar 53 persen terhadap PDB.
Kemudian konsumsi pemerintah dicanangkan tumbuh 5 persen atau 7,4 persen dari PDB, investasi tumbuh 5,5 persen atau 29,3 persen dari PDB, ekspor tumbuh 5,4 persen atau 21,4 persen dari PDB, dan impor tumbuh 4,6 persen atau 18,9 persen dari PDB.
Sri Mulyani menegaskan bahwa dari sisi konsumsi rumah tangga, pemerintah berupaya untuk menjaga daya beli masyarakat, inflasi terkendali, dan meningkatkan serapan tenaga kerja. Lalu dari sisi belanja pemerintah, antara lain dilakukan melalui belanja pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan yang berkualitas, belanja birokrasi yang efisien dan efektif, serta Makan Bergizi Gratis (MBG).
Dari sisi peningkatan investasi, dilakukan melalui infrastruktur pangan, energi, konektivitas dan digital, sektor bernilai tambah tinggi melalui hilirisasi sumber daya alam dan digitalisasi. Lalu peningkatan iklim investasi, dan insentif fiskal terukur.
"Untuk transformasi ekonomi antara lain melalui peningkatan daya saing dan produktivitas, ketahanan energi, industri hijau dan rendah emisi, industri ketahanan pangan, dan pengembangan industri elektronik dan digital," ujarnya.