Sri Mulyani Sebut 21,3 Juta Lapangan Kerja Tercipta dalam 10 Tahun Terakhir Pemerintahan Jokowi
- Anisa Aulia/VIVA.
Jakarta, VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memastikan, salah satu upaya mendongkrak konsumsi masyarakat sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional, adalah dengan membuka lapangan kerja guna memangkas angka pengangguran.
Dia mencatat, dalam hampir 10 tahun terakhir sejak 2015-2024, di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, sebanyak 21,3 juta lapangan kerja telah tercipta. Di mana, setengah dari jumlah lapangan kerja itu telah terbuka di periode 2022-2024, sehingga akselerasinya pun dipastikan sangat tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
"Untuk meningkatkan konsumsi adalah dengan penciptaan kesempatan kerja. Dan dalam periode 2022-2024 sendiri, (lapangan kerja yang terbuka itu) separuhnya (dari total 21,3 juta)," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers RAPBN 2025, di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2024.
"Itu berarti terjadi akselerasi penciptaan lapangan kerja, dengan rata-rata per tahun adalah 2,1 juta lapangan kerja," ujarnya.
Namun untuk akselerasi penciptaan lapangan kerja baru, Sri Mulyani mencatat bahwa dalam tiga tahun terakhir telah ada 3,7 juta lapangan kerja yang berhasil dibuka oleh Pemerintah. Hal ini menurutnya telah ikut membantu menurunkan angka pengangguran, dari 6,26 persen di masa pandemi COVID-19 menjadi 4,82 persen.
"Ini menimbulkan tadi, unemployment-nya menjadi menurun. Dari 6,26 yang meningkat karena terjadinya COVID-19, di mana semua ekonomi berhenti, dan sekarang sudah di bawah 5 persen yaitu 4,82 persen," kata Sri Mulyani.
Karenanya, Sri Mulyani berharap bahwa upaya-upaya penciptaan lapangan kerja seperti ini bisa terus diakselerasi oleh pemerintah ke depannya. Selain melalui penciptaan lapangan kerja, strategi lainnya pun bisa terus dimaksimalkan misalnya melalui program perlindungan sosial dan lain sebagainya.
"Jadi selain konsumsi tadi dijaga dengan inflasi dan penciptaan lapangan kerja, kita juga memberikan perlindungan sosial kepada kelompok-kelompok masyarakat. Tidak hanya yang rentan, miskin, tapi juga bahkan kelompok kelas menengah," ujarnya.