Negara Lain Babak Belur, Sri Mulyani Ingatkan Pemerintah Baru Jaga Hal Ini Guna Dongkrak Ekonomi
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menegaskan, meskipun berbagai negara di dunia tengah disibukkan dengan pelemahan dan ketidakpastian ekonomi secara global, namun nyatanya Indonesia masih mampu memacu pertumbuhan ekonominya di atas 5 persen.
Di mana, salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai pertumbuhan yang konsisten menguat di atas 5 persen itu, adalah dengan menjaga permintaan domestik dan konsumsi rumah tangga.
"Karena kita memiliki domestic demand, konsumsi rumah tangga yang akan terus dijaga dari sisi daya beli, 53 persen menjelaskan GDP kita. Konsumsi pemerintah 7 persen, investasi itu hampir 30 persen, dan ekspor 21 persen minus impor 18,9 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers RAPBN 2025, di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2024.
Karenanya, dalam lingkungan ekonomi dunia yang cenderung melemah, menkeu menegaskan bahwa pemerintah harus terus fokus menjaga permintaan domestik dan konsumsi rumah tangga tersebut. Bahkan, ekspor yang melemah setidaknya juga harus terus didorong dengan menggunakan berbagai instrumen.
Sehingga kebijakan-kebijakan terkait konsumsi rumah tangga yang menyangkut daya beli masyarakat, pengendalian inflasi, dan penciptaan lapangan kerja, harus menjadi prioritas pemerintah. Khususnya pemerintahan baru mendatang.
"Belanja dan kebijakan pemerintah harus ditujukan kepada hal tersebut. Termasuk dalam hal itu, nanti adalah berbagai kebijakan-kebijakan di bidang bansos, kesehatan, maupun dari pendidikan," ujar Menkeu.
Sementara untuk peningkatan investasi, infrastruktur yang selama ini sudah dibangun guna meningkatkan konektivitas dan mobilitas, diharapkan dapat terus menekan biaya agar lebih rendah serta memperbaiki distribusi logistik secara nasional. Sebab, hal itu dapat menjadi daya tarik investasi baru, yang hanya tidak dari asing melakukan juga dari investor domestik.
Selain itu, lanjut menkeu, pemerintah juga harus terus menggunakan insentif fiskal secara selektif, yang bisa dijadikan instrumen untuk mendorong pengembangan di sejumlah sektor seperti misalnya otomotif dan electric vehicle (EV), perumahan, dan lain sebagainya.
"Kalau ada sektor tertentu seperti otomotif, electric vehicle, atau perumahan mau ditingkatkan, kita bisa menggunakan instrumen fiskal termasuk tax incentive guna menciptakan simulasi selain instrumen fiskal seperti belanja subsidi. Jadi kombinasinya bisa dalam bentuk belanja subsidi atau dari sisi perpajakan," ujar Menkeu.
"Untuk ekspor, kita akan terus dukung melalui hilirisasi, dan itu memposisikan kita berada di dalam trend dunia dan rantai pasok global yang strategis sehingga menguntungkan bagi Indonesia. Tentu masih banyak homework mengenai hilirisasi ini, termasuk produk pada level hilir seperti chips dan elektronik yang lain," ujarnya.