Bursa Asia Kokoh Sejalan Penguatan di Wall Street, Jepang Pimpin Kenaikan

Ilustrasi investasi properti di Singapura
Sumber :
  • Istimewa

Asia, VIVA – Bursa Asia-Pasifik menguat pada Jumat pagi dan diperkirakan kenaikan berlanjut hingga akhir sesi perdagangan. Kondisi serupa terjadi di Wall Street, tepatnya setelah laporan ekonomi terbaru meredakan kekhawatiran pasar terkait resesi AS.

Menteri Maman Pastikan Kebijakan PPN Naik Jadi 12 Persen Tak Pengaruhi Kinerja UMKM

Penjualan ritel meningkat 1 persen pada bulan Juli. Capaian ini jauh melampaui estimasi Dow Jones sebesar 0,3 perseb. Tingkat pengangguran mingguan diklaim turun selama satu pekan.

“Data penjualan ritel dan data pengangguran terbilang solid sehingga menjadi 'pengingat' bahwa ekonomi AS tidak akan runtuh. Keuangan sudah mulai tenang dan kemungkinan tidak akan segera mengalami resesi," tulis Kepala Ekonom Wolfe Research Stephanie Roth, dikutip dari CNBC pada Jumat 16 Agustus 2024.

50 Orang Terkaya di Indonesia 2024

Investor di Asia akan mencermati data ekonomi penting di kawasan tersebut. Meliputi laporan ekspor Singapura, PDB kuartal-II Taiwan dan Hong Kong yang akan dirilis saat perdagangan berlangsung pada hari ini. 

Ilustrasi grafik perekonomian (Source: https://www.istockphoto.com/id)

Photo :
  • vstory
Menjadi Akar Perekonomian Nasional, Menko Airlangga Dorong Koperasi Terus Tumbuh dan Beregenerasi

Nikkei 225 Jepang melonjak 2,26 persen pada pembukaan dan memimpin kenaikan di bursa Asia. Indeks Topix secara luas naik 2,08 persen. 

Usai libur, Kospi Korea Selatan diperdagangkan 2 persen lebih tinggi pada pagi ini. Kosdaq berkapitalisasi kecil ikut menguat 1,53 persen. 

Data perdagangan Korea Selatan bulan Juli direvisi tetap tidak berubah dari angka awalnya. Tingkat ekspor tumbuh 13,9 persen menjadi US$ 57,5 miliar sementara impor naik 10,5 persen menjadi US$ 53,9 miliar.

Indeks S&P/ASX 200 Australia naik tipis sebesar 1,3 persen. Gubernur Bank Sentral Australia Michelle Bullock mengatakan meskipun pasar telah menyampaikan ekspektasi mengenai penurunan suku bunga menyusul hasil inflasi di AS dan Australia, namun terlalu dini untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga.

Bullock mengatakan RBA memproyeksikan inflasi Australia kisaran target RBA sebesar 2-3 persen hingga akhir tahun depan.

“Keadaan tentu saja bisa berubah dan prospeknya tidak pasti. Namun berdasarkan apa yang diketahui Dewan saat ini, RBA tidak memperkirakan akan mampu memangkas suku bunga dalam waktu dekat," imbuh Bullock.

Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada pada level 17.308. Nilai tersebut lebih tinggi dibanding penutupan terakhir HSI pada level 17.109,14.

Di Wall Street,  Dow Jones Industrial Average  melonjak 1,39 persen. S&P 500  ikut menguat 1,61 persen dan menjadi kenaikan keenam berturut-turut.  Nasdaq Composite yang merupakan indeks saham teknologi meroket sebesar 2,34 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya