Survei: Kamala Haris Lebih Dipercaya Warga AS Kelola Ekonomi, Dengan Catatan Ini
- VIVA.co.id/Natania Longdong
New York, VIVA – Survei yang dilakukan Financial Times dan University of Michigan Ross School of Business menunjukkan warga Amerika Serikat lebih yakin Kamala Harris untuk menangani ekonomi negara Paman Sam itu. Jajak pendapat ini menandai perubahan signifikan sentimen pemilih menyusul pengunduran diri Presiden Joe Biden dari bursa pencalonan Gedung Putih.
Hasilnya, sebanyak 42 persen warga lebih percaya pada Harris untuk menangani permasalahan ekonomi. Sementara Trump hanya mendapat 41 persen tingkat keyakinan dari warga AS.
Angka Trump tidak berubah dari bulan Juli. Sementara posisi Harris mengalami peningkatan 7 persen dibandingkan dengan angka Biden pada bulan sebelumnya.
“Fakta bahwa pemilih lebih positif terhadap Harris daripada terhadap Biden menunjukkan seberapa buruk kinerja Biden dan seberapa baik kinerja Harris,” ujar Profesor di University of Michigan Ross School of Business, Erik Gordon.
Meskipun angka pertumbuhan dan ketenagakerjaan AS kuat, Biden dinilai kesulitan meyakinkan pemilih bahwa kebijakan ekonominya menguntungkan masyarakat. Di mana angka elektabilitasnya semakin turun setelah ia mengundurkan diri dari kampanye presiden AS.
Warga AS masih sangat mengkhawatirkan inflasi menjelang pemilu November mendatang. Hasil survei menunjukkan 19 persen pemilih yang yakin kondisi AS saat ini lebih baik saat ini daripada saat Biden menjabat pada tahun 2021.
Survei terbaru FT-Michigan Ross menunjukkan 60 persen responden mengatakan Harris harus menghiraukan kebijakan ekonomi Biden atau membuat perubahan besar di masa kepemimpinannya nanti. Berdasarkan survei tersebut menunjukkan adanya kegelisahan ekonomi yang mendasari kalangan pemilih masih dapat menguntungkan Trump karena keberanian mengkritik kebijakan ekonomi semasa pemerintahan Biden, terutama dalam hal inflasi.
“Jajak pendapat ini merupakan berita baik bagi Demokrat yang sebelumnya merasa cemas," ujar Gordon.
Tak dipungkiri, Trump juga mendapat dukungan lebih baik daripada Harris pada beberapa isu ekonomi tertentu, khususnya perdagangan. Sebanyak 43 persen warga AS percaya pada AS untuk menangani hubungan ekonomi dengan China. Sementar Harris hanya memperoleh suara 39 persen.
Hal itu karena Trump telah lama memperjuangkan kebijakan perdagangan proteksionis dengan China. Ia bahkan telah mengancam akan menaikkan tarif pada mobil dan impor konsumen lainnya jika diberi waktu empat tahun lagi di Gedung Putih.