PMI RI Juli 2024 Anjlok, Jokowi Tugaskan Para Menteri Cari Biang Keroknya
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta, VIVA – Kementerian Keuangan melalui Badan Kebijakan Fiskal bakal berkoordinasi dengan para pihak terkait, guna memitigasi pelemahan Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia yang terus terkontraksi hingga ke level 49,3 pada Juli 2024.
Karenanya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menginstruksikan kepada para menteri di kabinetnya, untuk menelusuri biang kerok penyebab melemahnya PMI yang terkontraksi pada Juli 2024 lalu tersebut.
"Saya ingin dicari betul penyebab utamanya dan segera diantisipasi," kata Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Garuda, Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur, Senin, 12 Agustus 2024.
Kontraksi PMI ini terjadi setelah periode ekspansif selama 34 bulan berturut-turut. Presiden mengatakan bahwa penurunan PMI ini sudah terjadi sejak 4 bulan terakhir.
"Pada bulan Juli kita masuk ke level kontraksi. Ini agar dilihat betul, diwaspadai betul secara hati-hati," ujar Presiden.
Jokowi pun menyoroti sejumlah kemungkinan terkait dengan terkontraksinya PMI tersebut. Misalnya seperti melemahnya permintaan ekspor akibat gangguan rantai pasok, tingginya beban impor bahan baku karena fluktuasi rupiah, hingga perlambatan ekonomi yang dialami oleh berbagai mitra dagang utama Indonesia.
"Sehingga penting belanja produk lokal, sekali lagi saya tekankan. Kemudian penggunaan bahan baku lokal, dan juga perlindungan terhadap industri dalam negeri kita," ujarnya.
Diketahui, sebelumnya Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu mengatakan, komponen tingkat output dan permintaan baru dalam PMI termoderasi, utamanya akibat gejolak geopolitik global.
Namun, komponen Indeks Kepercayaan Bisnis terhadap prospek produksi ke depan, justru berada pada level tertinggi sejak Februari 2024. Hal itu menunjukkan para produsen masih optimistis bahwa volume penjualan akan meningkat, dan kondisi pasar akan kembali menguat di tahun depan. Hal itu sebagaimana proyeksi IMF, yang memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi 2025 yang naik ke 3,3 persen.