Produksi Minyak Banyu Urip Garapan ExxonMobil Anjlok, SKK Migas Ungkap Biang Keroknya

Lapangan minyak Banyu Urip Blok Cepu di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

Jakarta, VIVA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan masalah produksi minyak, yang terjadi di Lapangan Banyu Urip ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).

Kisah Pedagang Sayur Dapat PCX 160 Usai Rutin Pakai Oli Ini Selama 25 Tahun

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro menjelaskan, hal itu akibat kenaikan Gas Oil Ratio (GOR) dan kenaikan water cut, yang menyebabkan Loss Production Opportunity (LPO) cukup signifikan.

"Yaitu sekitar mencapai sekitar 7.000 BOPD, sehingga produksi EMCL tidak lagi sustain berproduksi di rate 150 MBOPD," kata Hudi dalam keterangannya, Kamis, 8 Agustus 2024.

Rekomendasi Oli Mobil Menjelang Libur Natal dan Tahun Baru

Lapangan minyak Banyu Urip Blok Cepu di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Photo :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

Dia memaparkan, kenaikan GOR ini adalah kondisi dimana rasio poduksi gas semakin meningkat dibandingkan produksi minyak. Sementara kenaikan water cut adalah kondisi dimana kandungan jumlah air terproduksi semakin tinggi, dibandingkan dengan produksi minyak.

Pemerintah Pacu Pengembangan Lapangan Gas Baru Dukung Swasembada Energi

SKK Migas mengakui bahwa LPO di EMCL ini jumlahnya sangat signifikan. Sehingga meskipun SKK Migas dan KKKS lain berusaha untuk melakukan optimasi produksi melalui kegiatan pemboran, workover, dan well service, namun kontribusi yang diperoleh belum dapat menutup secara langsung gap penurunan produksi di EMCL.

Padahal, produksi EMCL masih menjadi andalan kedua setelah Pertamina Hulu Rokan (PHR), yang merupakan tulang punggung kontribusi produksi minyak Nasional. Dimana sampai dengan 31 Juli 2024, EMCL berhasil melampaui target WP&B maupun APBN 2024.

"SKK Migas memberikan perhatian khusus kepada lapangan Banyu Urip mengingat produksinya yang sangat besar dan apabila terjadi gangguan produksi baik karena kendala surface maupun subsurface, hal ini langsung berdampak sangat significant pada produksi Indonesia," ujar Hudi.

Karenanya, SKK Migas dan EMCL pun tidak tinggal diam, dan melakukan serangkaian kegiatan Gas Shut Off dan Water Shut Off. Kemudian melakukan maintain terhadap rate produksi juga senantiasa dilakukan, untuk mewaspadai penurunan produksi yang lebih tajam lagi

Kabar baiknya adalah, perkembangan proyek Banyu Urip Infill Classic (BUIC) cukup baik sehingga diperkirakan dalam waktu dekat akan on-stream 1 sumur baru. Yaitu sumur B13 dengan potensi produksi sebesar 10 Ribu BOPD, yang tentunya akan meningkatkan produksi minyak di Banyu Urip dan produksi Nasional secara keseluruhan.

“Minyak ini sangat berarti bagi SKK Migas karena produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan sehingga harus impor. Kami beranggapan setetes minyak saat berarti bagi negara. Sehingga upaya-upaya meningkatkan produksi minyak terus dilakukan oleh SKK Migas dan KKKS," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya